Minggu, 04 Oktober 2015

Kapas Kapas Bintang

05.12 Wib

Pagi masih menyelimuti bumi yang tak berhenti berputar, aku yang sayup sayup bangun mencoba meraih sandal yang berbentuk kelinci, berwarna coklat, terbuat dari kain berudu yang halus. Suhu udara pagi ini begitu dingin terlebih lagi sa'at ini masih musim kemarau, sehingga angin kencang tak pernah berhenti meniupkan siulan centilnya dari rongga-rongga daun. Dengan tubuh yang lunglai penuh aura kantuk yang tak bisa aku tahan, ku coba berdiri dan melangkah ke kamar mandi, ku ambil air wudhu beriringan dengan suara azan yang tedengar samar. Sholat subuh awal dari do'a memuliakan Tuhanku.


Senyum ku masih terbuka lebar, menatap cermin berharap bahwa kebahagian ku sa'at ini bukanlah mimpi, hari ini adalah hari yang paling aku tunggu, yups hari dimana aku akan menikmati libur panjang setelah ujian akhir semester enam, hari dimana aku bisa menjelajahi kota Malang, dan tentu saja aku akan bersama Zisilia sepanjang perjalanan hihihi.
"Wisnu jangan lupa ya jam 7"
"ketemuan dimana?"
"aku jemput di kost kamu saja, kamu kost dimana? kirim map ya?"
"ok, aku send"
"tunggu-tunggu, kalau kamu jemput aku, motor kamu nanti kamu taruh dimana?"
"sudah tenang saja" jawabnya mengakhiri percakapan via BBM
aku menjadi heran, jika dia menjemput aku, jadi dia tidak satu motor? wah nggak seru? tapi kemarin katanya menggunakan motornya? ooohhh aku tahu, aku tetap satu motor dengan dia, menggunakan motornya, motorku disuruh menginap di kost, mungkin gitu kali ya hehehe.
"Wisnu keluar donk, aku di depan" bunyi vioce mail yang dia kirim
tanpa aku jawab, segera aku keluar, baju kemeja bermotif jangkar kecil kecil yang menyebar keseluruh kain berwana putih itu membuatku terkesan rapi namun santai. sepatu semi boot berwana coklat dipadu padankan dengan celana jiens skiny biru dokker semakin memuatku terlihat tinggi dan percaya diri, wangi, tentu saja karena ini adalah moment pertamaku jalan dengan seorang wanita, terlebih dia adalah cewek yang sudah 3 semester ingin ku sapa. Selesai ku kunci kamar dan membawa helm kedepan kost, tidak ada sepeda motor? apa mungkin dia mengerjain aku?
"Sodara Wisnu" panggil seorang pemuda yang menghapiriku, dari penampilan yang dia pakai sepertinya berupa seragam driver.
"betul pak, ad ayang bisa saya bantu"
"silahkan ikut saya, Nona Lia sudah menunggu?"
"baik pak" oh ternyata dia adalah driver yang sering mengantar Zisila ke kampus, itupun juga tidak setiap hari, karena dia lebih suka mengendarai motor maticnya. Tapi itulah yang aku kagumi, meski dia terlahir sebagai keturunan orang kaya, Zisilia tidak pernah sombong, di kampus dia terlihat lebih merakyat dam tidak pernah memamerkan kekayaan orang tuanya, itulah mengapa dia banyak teman, sekaligus penggemar berat.
"silahkan masuk"
"terimaksih"
"hay Nu lama banget, ayo pak jalan" kata Zisilia ketika aku sudah duduk
"Sorry sorry, nunggu lama"
"iya, bercanda atuch"
"kita mau kemana? jadi ke Malang?"
"enggak, kita ketempat lain ya, aku bosan ke Malang?"
"lah terus kemana?"
"udah diam aja, dan nikmati perjalanan"
Mobil melaju kearah Surabaya timur, dengan iringan musik pop dan kursi jok yang empuk serasa aku berada dalam kamar sendiri, ku perhatikan Zisila yang duduk di sampingku, dia sedang asyik memainkan tablet nya, sesekali menoleh padaku dan tersenyum, penasaran juga sech apa yang sedang dia buat di tabletnya? apa sebuah game? tapi aku rasa Zisila bukan pencinta game, namun kenapa dia begitu serius? entahlah. Ku palingkan pandangan menihat driver Zisilia, dia begitu fokus mengendarai mobil dan berusaha membuat kami nyaman, "tegang" mungkin kata ini lebih cocok menggambarkan exspresi wajah driver Zisilia.
Mobil melaju kearah Surabaya Timur tak berselang lama sekitar 45 menit kami sampai di pelabuhan, dan sudah menjadi aturan untuk setiap penumpang agar turun dan menuju dek kapal, kami dilarang untuk naik dalam kendaraan pribadi ketika kapal akan menyeberang, mungkin jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan kita bisa segera menyelamatkan diri, tidak terjebak dalam mobil. Mobil telah terparkir aman di lambung kapal kami turun dan menuju lantai dua. Semilir angin ombak pantai membuatku ingin keluar minikmati pendangan luas lautan. Namun Zisilia menolak karena cuaca cukup panas waktu itu, akhirnya aku hanya sendiri di tepi pagar lambung, memandang proses pembangunan jembatan Suromadu
"itulah lambang kemakmuran Surabaya"
"oh iya kah"
"Iya, mau kopi?"
"Oh tidak makasih"
"Mas ini pacarnya non Zisilia kah?"
"Panggil aja Wisnu, nggak usah pake mas, sepertinya qta seumuran, hehehe"
"Oh iya aku Gilang" jawab gilang sembari tersenyum
"Sudah lama ikut Lia?"
"Sudah 3 tahun"
"Tiga tahun? Kog aku jarang lihat kamu nganter Lia ke kampus?"
"Iya, aku biasa bantu ibu di rumah, sedang yang biasa anter jemput non Lia itu pamanku, nah kali ini aku yang nyetir karena paman nganter tuan Andre keluar kota"
"Oh gtu, baru belajar nyetir ya"
"Mas kog tahu?"
"Iya, hehehehe ma'af ya tadi sempat perhatiin kamu, di mobil, kmu terlihat tegang banget"
"Hehehehe jadi malu aku"
Perbincangan kami harus selesai karena kapal akan segera bersandar, kami kembali ke mobil untuk bersiapa merapat keluar kapal, posisi seperti tadi Zisilia duduk di belakang sopir, Gilang menyetir, dan aku. Aku pindah duduk di depan mendampingi Gilang, berusaha membuat suasana santai dengan nya agar tidak berkesan jarak yang jauh.

Pulau garam
Bagitulah kami menyebut pulau Madura, pulau yang menyimpan sejuta keunikan dari mulai budaya hingga cita rasa kulinernya. Mobil kami masih melaju jauh menuju sisi paling timur pulau Madura, lebih tepatnya Kabupaten Sumenep, aku bingung arah tujuan kami, mengapa menuju Sumenep? bukan kah rencana awal ke Malang? apa mungkin Zisilia punya sodara di Sumenep? rasa penasaranku semakin tak bisa terbendung setelah kami tiba di suatu pelabuhan kecil. kami akan menyeberang namun tak tahu, Zisilia yang dari tadi tertidur pulas, akhirnya bangun setelah aku bangunkan, dan Gilang sepertinya terlihat lelah. Senja sudah berada diujung ufuk barat langit Madura, senja yang begitu indah dengan warna emas jingga. Sebuah penginapan sederhana namun bersih menjadi tempat kami singgah sementara, Dua kamar telah dipesan Zisilia, aku tidur sekamar bersama Gilang dan Zisilia sendirian.
"Gilang kamu mau mandi duluan?"
"boleh, capek banget nich, baru pertama kali aku nyetir sampai 5 jam non stop"
"oh ya? tapi tak apalah sekalian tambah latihan, hehehe"
seketika dia masuk kamar mandi, aku yang awalnya tidak membawa persiapan sekarang menjadi linglung? bagaimana tidak? aku tidak membawa baju ganti lalu aku harus memakai apa? oh bodoh amat pake yang ini juga bisa. sembari menunggu Gilang selesai mandi, ku rebahkan badan ini diatas ranjang dan menyalakan TV,
"suka film kartun?" suara dalam Gilang dari balik kamar mandi memecahkan fokusku pada layar tv,
"iyya" jawabku sembari kembali duduk dan menatapnya
"apakah ini nyata? benarkah yang aku lihat?" pertanyaan lirihku begitu melihat Gilang hanya mengenakan handuk dipinggang, setengah tubuhnya kini terexpose dengan sempurna, dadanya yang bidang, otot lengan yang begitu kekar, dan dipadukan dengan perutnya yang rata dan sedikit lekukan sixpack, ku kedipkan mata, berusaha fokus, "rasa apa ini? aura apa ini?" gumamku lirih semakin tidak jelas.
"hay kamu homo yaa, melototin aku sampai segitu"
"eh enak aja, sini handuknya aku mau mandi" jawabku kesal dan langsung merebut handuknya, tentu saja begitu aku tarik, dia menjadi kebingungan segera berbalik, aku tak menghiraukan nya dan langsung masuk ke kamar mandi.

bersambung....

Salam

Wisnu

Senin, 28 September 2015

Kapas Kapas Bintang

Parkiran kampus,
Hujan deras masih mebasahi bumi bumi kering disekitar kota Surabaya, aku yang masih menunggu hujan reda hanya bisa tertunduk menatap ponselku, bermain beberapa game yang sudah terinstall, dan sesekali memperhatikan Zisilia, gadis pindahan dari salah satu universitas di kota Jogja itu sedang menunggu seseorang yang menjemputnya, di teras gedung fakultas ekonomi yang tidak jauh dari parkiran motor dia terlihat mulai kesal, beberapa kali menempelkan ponselnya seperti ingin menghubungi seseorang, cukup lama aku memperhatikan gadis yang berusia sekitar 19 tahun itu terlihat anggun dengan rambut hitamnya yang lebat, setelan celana joger dan sepatu cats dan sebuah tas jinijng berwarna coklat sangat cocok dengan padu-padan blasernya berwarna cream. senyumnya yang manies dengan bibir yang merekah penuh semakin membuat cowok cowok kampus ingin mendekati dirinya. tapi apalah daya, ibarat kata sebuah harta yang berharga pasti banyak yang mengincarnya, aku sadar diri, aku hanya cowok kampung yang tidak punya apa-apa jadi hayalan untuk memilikinya tidak akan aku lambungkan terlalu tinggi. Yups ternyata dugaanku benar, sebuah mobil sedan merk mercedes berhenti tepat di depan teras lobby gedung fakultas ekonomi, kemudian hilang membawa sang juita Zisilia.
Layaknya mendapat sebuah undian berhadiah nyawa, moment jam kosong mata kuliah manajeman menjadi seperti anugerah yang selalu aku nanti, bagaiman tidak dengan adanya jam kosong aku tidak perlu harus keluar masuk toilet karena derita perut mules yang aku alami sepanjang pagi ini. Yups maklum hari ini adalah tanggal tua, momok para mahasiswa yang berasal dari perantauan, semalam aku menghadiri pesta makan malam acara ulang tahun teman sekelas, karena berfikir kapan lagi bisa makan enak di akhir bulan, gratis lagi, jadi piringku aku penuhi sejadi jadinya dan alhasil kali ini aku menjadi sakit perut. Rasa mules yang tak bisa aku pertahankan membuatku nekat di kamar mandi wanita, mau tidak mau karena kamar mandi pria sedang dalam tahap renovasi.
Keluar.... Legaa, hihihi
melintas gedung fakultas ekonomi, Zisilia masih menunggu, kali ini dia duduk termenung membaca sebuah novel dengan iringan musik pada handset
"hay jalan lihat-lihat donk" teriak seorang cowok yang aku tabrak
"oh sorry sorry"
"jalan itu fokus ke depan, jadi basahkan"
"iya iya ma'af" jawabku sembari mengeringkan bajunya yang basah tertumpahan jus, untung saja tidak membekas. Aku menoleh pada Zisilia dia hanya tersenyum manies sedikit tertawa. Aku langsung pergi karena malu.

Sabtu sore, lapangan basket
sorak demi sorakan terdengar kenjang dari para pemandu sorak. Zisilia hanya duduk dibangku penonton sembari memperhatikan ponsel dan terlihat beberapa kali mengambil gambar. Dari kejauhan aku hanya bisa memandang, mengagumi dari jauh, tanpa ada keberanian untuk bersuara, atau menyapa. Ingin rasanya bisa berkata "hay" dan mengobrol bersama.
hari demi hari telah berlalu, sepanjang waktu pulang kuliah selalu aku sempatkan untuk berhenti di parkiran hanya untuk melihat Zisilia menunggu untuk dijemput pulang. bahkan aku sampai hafal dimana dia duduk, tepat di bangku kursi panjang nomor 3 dari kanan, membawa buku dan gadget pemutar musik, namun sebelum duduk dia selalu menoleh ke parkiran motor, entah dia menoleh padaku atau hanya sekedar meregangkan kepala, lalu duduk.
Tidak terasa semester enam sudah aku lalui, waktu berjalan begitu cepat. dua semester lagi sidang skripsi akan aku lalui, aku harus bertekat untuk mendapatkan nilai yang lebih bagus ketika lulus nanti, berjuang untuk bekal menempuh derasnya kehidupan para pencari kerja, biarlah itu berjalan nanti yang terpenting sekarang akhirnya aku bisa liburan, banyak jadwal yang sudah aku rencanakan terutama menjelajah idahnya kota Malang.
"Hay Wisnu, nama kamu Wisnu kan?"
"oh iya, Zisilia! ssee see dang apa kamu disini?" tanyaku terkejut
"panggil lia saja, iya mulai hari ini aku naik sepeda motor sendiri?"
"oh iya"
"iya, karena capek lama-lama menunggu kakakku terus, terlebih sekarang dia sudah bekerja, jadi sering terlambat ketika jemput aku?"
"oh jadi cowok yang sering jemput kamu pake Ninja merah itu kakakmu?"
"loh kog kamu tahu?"
"hehehe"
"kamu tinggal dimana Nu?"
"aku kost di daerah Surabaya pusat"
"jauh juga ya dari sini?"
"lumayan, liburan mau kemana?"
"belum tahu, kalau kamu?"
"rencana aku pengen ke kota Malang, mejelajahi indahnya bukit hijau sama udara segar"
"oh iya,  aku boleh ikut?"
"hah, yakin? bagaimana dengan orang tuamu? lagian juga aku mungkin akan tinggal dijalan, maklum nggak bisa sewa kamar hotel"
"ah gampang itu, mau naik apa sech"
"motor laah"
"udah ikut aku aja ya, semua beres, besok aku jemput, bye bye Wisnu" lambaian tanganya menutup senyum nya yang manies, dia pergi menjauh menuju istana rumah dia berada. Benarkan barusan yang terjadi? Zisilia cewek super populer dikampus ngajak aku liburan bareng? sepertinya ini mimpi, dan bila ini benar benar mimpi semoga aku tidak bangun, karena rasa ini tak ingin ku biarkan pergi..

Bersambung.....


Salam

Wisnu

Minggu, 27 September 2015

Kapas Kapas Bintang



23.08 wib
Guyuran bulir bulir air dari shower mengalir hangat membasahi seluruh tubuhku, seolah memberikan sentuhan semangat pada tubuh yang lelah menghadapi derasnya alur kehidupan. kecewa, marah, dendam, bingung dan sakit pilu yang tak pernah terobati.
Siapa diriku yang sebenarnya? Apa tujuan hidupku? Bagaimana ini bisa terjadi? Haruskah aku lanjutkan keindahan semu dari sebuah kebohongan? atau aku harus diam dan berharap seolah ini hanya mimpi? pertanyaan pertanyaan yang tak bisa aku jawab terus saja berdenging dalam telingaku. ku coba untuk tenang dan tersenyum melihat cermin di dalam kamar mandi. Ini adalah hidupku, mimpiku, angan-anganku masih terbayang indah. Katulistiwa masih menyala merah dengan gagah, dan hariku esok adalah rencana Tuhan yang indah.
Aroma secangkir coklat panas yang begitu menyegarkan ketika menyentuh seluruh sensor rongga-rongga indra penciumanku semakin membuatku merasa begitu segar, seolah membuatku melayang terbang dan mendarat dengan lembut pada sebuah shofa yang empuk di depan telivisi. Shofa berwarna biru tua dari bahan berudu ini lah yang selalu menjadi saksi bisu kehidupanku, mulai dari cerita manis ketika aku mulai membeli apartemen ini hingga kisah pilu dimana aku harus..... tidak!! aku tidak mau mengulang kisah itu.
Acara talk show yang ringan di salah satu stasiun televisi akhirnya menjadi channel pilihan setelah berulang kali memencet tombol remot tv. Kadang aku kasian juga pada remot ini karena hanya akan dimainkan sampai rusak, jika sudah rusak ganti yang baru. Hahaha seperti hidupku yang sekarang ditinggalkan setelah lama dipermainkan. Episode dalam talk show tersebut kali ini membahas fenomena luar biasa yang terjadi di Indonesia "Gembar-Gembor Pernikahan Sejenis", lebih tepatnya sih pernikahan dua orang laki-laki berwarga negara asing, sebenarnya hal ini tidak akan menjadi masalah, negara-negara barat sudah banyak yang memberikan sah, lalu apa yang jadi masalah? bukankah kiblat keidupan kita sa'at ini sudah menuju masyarakat barat? yang menjadi masalah karena pernikahan ini dilakukan di Indonesia, sehingga menjadi kontroversi mengingat Indonesia adalah negara hukum yang menentang LGBT bahkan, dikabarkan dewan petinggi negara akan membuat rancangan Undang-Undang dimana hukuman mati akan dilakukan pada kaum LGBT. Tapi oarang-orang anggota dewan petinggi negara apa tidak berifikir? bagaimana cara sesorang menjadi lesbi, gay, bisexsual, atau transgenre? seharusnya bukan akibat yang dilakukan tapi mencari pokok permasalahan kenapa LGBT bisa terjadi. "entahlah aku harus positif atau negatif, hidup dan mati itukan urusan Tuhan" pikirku sembari mematikan tv dan pergi tidur.

"Selamat ya pak Adhit"
"terimakasih" jawabku sembari membalas jabatan tangan dari Zisilia, sekertarisku yang cantik dan sexsi, aku sangat berterimakasih padanya, mungkin pesta perayaan ini lebih aku tujukan untuk dirinya, karena berkat kerja keras dan keuletan serta profesionalitasnya akhirnya proyek kami berjalan dengan sukses, clien pun tertawa puas dengan penuh bangga. Sudah hampir tiga tahun aku mendirikan usaha jasa konsultasi di bidang properti, dari mulai mencari lokasi yang strategis hingga teknik pemasaran yang cocok untuk suatu properti tertentu, dan yach kali ini kami menang tender dengan perusahaan developer asing. Awal yang bagus untuk bisa menuju tangga dunia.
"Selamat malam semua, salam hangat dari saya untuk kebersamaan kita, pada kesempatan kali ini izinkan saya untuk menyampaika rasa hormat dan terimakasih untuk teman teman, para sahabat, para rekan dan tamu undangan, karena telah hadir dalam perayaan hari jadi perusahaan yang telah membawa kita menuju kesuksesan bersama. Tidak terasa tiga tahun telah kita lalui bersama dengan banyak semangat dan pencapain prestasi yang kuar biasa, mari bersulang bersama untuk merayakan kebahagiaan kita, untuk sukses" ucapan pembuka ku untuk memulai pesta sambil mengangkat segelas minuman.

Acara pesta berlangsung meriah,irama musik yang mulai berdetak beat kian memecah malam perayaan ini, untunglah sebagian clien dan tamu undangan adalah bisnisman muda, sehingga tidak canggung dan bisa bergerak bebas mengikuti irama, sedang yang hhhhmmmbisa aku bialng cukup umur dan bau tanah sudah kabur, ngajir meninggalkan hall pesta di hotel Cempruk "Cemara Petruk"
"ayo pak Adhit ikuti musiknya" ajak Zisilia
"ah tidak, aku tidak bisa menari"
"ayolah pak"
"rayuan dari bibir maniesnya yang sexsi akhirnya meluluhkan langkahku dan berjalan mengikutinya ke lantai dansa"
"nah gitu donk pak, tuch bisa, hahaha"
banyak yang heran kenapa Zisilia begitu akrab denganku, bila dilihat dari hubungan darah dia bukan sodaraku, bila dilihat dari pekerjaan justru dia adalah bawahanku yang seharusnya lebih sopan padakku. Semua itu berawal ketika kami masih duduk dibangku kuliah, lebih tepatya ketika semester lima, dia mahasiswa transfer dari universitas lain, kala itu hujan begitu deras, angin kencang juga meraung seolah ingin keluar dari genggaman sang pemilik kuasa. Aku yang sudah terjebak berjam-jam akhirnya hanya bisa pasarah menunggu hujan reda di parkiran kampus, karena jas hujan yang selalu menerpa basahnya air hujan kali ini tidak aku bawa, lupa karena kemarin telah dipinjam oleh ibu kostku.


bersambung.......




Salam

Wisnu