23.08 wib
Guyuran bulir bulir air dari shower mengalir hangat membasahi seluruh tubuhku, seolah memberikan sentuhan semangat pada tubuh yang lelah menghadapi derasnya alur kehidupan. kecewa, marah, dendam, bingung dan sakit pilu yang tak pernah terobati.
Siapa diriku yang sebenarnya? Apa tujuan hidupku? Bagaimana ini bisa terjadi? Haruskah aku lanjutkan keindahan semu dari sebuah kebohongan? atau aku harus diam dan berharap seolah ini hanya mimpi? pertanyaan pertanyaan yang tak bisa aku jawab terus saja berdenging dalam telingaku. ku coba untuk tenang dan tersenyum melihat cermin di dalam kamar mandi. Ini adalah hidupku, mimpiku, angan-anganku masih terbayang indah. Katulistiwa masih menyala merah dengan gagah, dan hariku esok adalah rencana Tuhan yang indah.
Aroma secangkir coklat panas yang begitu menyegarkan ketika menyentuh seluruh sensor rongga-rongga indra penciumanku semakin membuatku merasa begitu segar, seolah membuatku melayang terbang dan mendarat dengan lembut pada sebuah shofa yang empuk di depan telivisi. Shofa berwarna biru tua dari bahan berudu ini lah yang selalu menjadi saksi bisu kehidupanku, mulai dari cerita manis ketika aku mulai membeli apartemen ini hingga kisah pilu dimana aku harus..... tidak!! aku tidak mau mengulang kisah itu.
Acara talk show yang ringan di salah satu stasiun televisi akhirnya menjadi channel pilihan setelah berulang kali memencet tombol remot tv. Kadang aku kasian juga pada remot ini karena hanya akan dimainkan sampai rusak, jika sudah rusak ganti yang baru. Hahaha seperti hidupku yang sekarang ditinggalkan setelah lama dipermainkan. Episode dalam talk show tersebut kali ini membahas fenomena luar biasa yang terjadi di Indonesia "Gembar-Gembor Pernikahan Sejenis", lebih tepatnya sih pernikahan dua orang laki-laki berwarga negara asing, sebenarnya hal ini tidak akan menjadi masalah, negara-negara barat sudah banyak yang memberikan sah, lalu apa yang jadi masalah? bukankah kiblat keidupan kita sa'at ini sudah menuju masyarakat barat? yang menjadi masalah karena pernikahan ini dilakukan di Indonesia, sehingga menjadi kontroversi mengingat Indonesia adalah negara hukum yang menentang LGBT bahkan, dikabarkan dewan petinggi negara akan membuat rancangan Undang-Undang dimana hukuman mati akan dilakukan pada kaum LGBT. Tapi oarang-orang anggota dewan petinggi negara apa tidak berifikir? bagaimana cara sesorang menjadi lesbi, gay, bisexsual, atau transgenre? seharusnya bukan akibat yang dilakukan tapi mencari pokok permasalahan kenapa LGBT bisa terjadi. "entahlah aku harus positif atau negatif, hidup dan mati itukan urusan Tuhan" pikirku sembari mematikan tv dan pergi tidur.
"Selamat ya pak Adhit"
"terimakasih" jawabku sembari membalas jabatan tangan dari Zisilia, sekertarisku yang cantik dan sexsi, aku sangat berterimakasih padanya, mungkin pesta perayaan ini lebih aku tujukan untuk dirinya, karena berkat kerja keras dan keuletan serta profesionalitasnya akhirnya proyek kami berjalan dengan sukses, clien pun tertawa puas dengan penuh bangga. Sudah hampir tiga tahun aku mendirikan usaha jasa konsultasi di bidang properti, dari mulai mencari lokasi yang strategis hingga teknik pemasaran yang cocok untuk suatu properti tertentu, dan yach kali ini kami menang tender dengan perusahaan developer asing. Awal yang bagus untuk bisa menuju tangga dunia.
"Selamat malam semua, salam hangat dari saya untuk kebersamaan kita, pada kesempatan kali ini izinkan saya untuk menyampaika rasa hormat dan terimakasih untuk teman teman, para sahabat, para rekan dan tamu undangan, karena telah hadir dalam perayaan hari jadi perusahaan yang telah membawa kita menuju kesuksesan bersama. Tidak terasa tiga tahun telah kita lalui bersama dengan banyak semangat dan pencapain prestasi yang kuar biasa, mari bersulang bersama untuk merayakan kebahagiaan kita, untuk sukses" ucapan pembuka ku untuk memulai pesta sambil mengangkat segelas minuman.
Acara pesta berlangsung meriah,irama musik yang mulai berdetak beat kian memecah malam perayaan ini, untunglah sebagian clien dan tamu undangan adalah bisnisman muda, sehingga tidak canggung dan bisa bergerak bebas mengikuti irama, sedang yang hhhhmmmbisa aku bialng cukup umur dan bau tanah sudah kabur, ngajir meninggalkan hall pesta di hotel Cempruk "Cemara Petruk"
"ayo pak Adhit ikuti musiknya" ajak Zisilia
"ah tidak, aku tidak bisa menari"
"ayolah pak"
"rayuan dari bibir maniesnya yang sexsi akhirnya meluluhkan langkahku dan berjalan mengikutinya ke lantai dansa"
"nah gitu donk pak, tuch bisa, hahaha"
banyak yang heran kenapa Zisilia begitu akrab denganku, bila dilihat dari hubungan darah dia bukan sodaraku, bila dilihat dari pekerjaan justru dia adalah bawahanku yang seharusnya lebih sopan padakku. Semua itu berawal ketika kami masih duduk dibangku kuliah, lebih tepatya ketika semester lima, dia mahasiswa transfer dari universitas lain, kala itu hujan begitu deras, angin kencang juga meraung seolah ingin keluar dari genggaman sang pemilik kuasa. Aku yang sudah terjebak berjam-jam akhirnya hanya bisa pasarah menunggu hujan reda di parkiran kampus, karena jas hujan yang selalu menerpa basahnya air hujan kali ini tidak aku bawa, lupa karena kemarin telah dipinjam oleh ibu kostku.
bersambung.......
Salam
Wisnu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar