Part 2
13.30 wib
Salah satu tempat karaoke di jalan Kedungdoro.
"Yang datang baru ini saja? temen yang lain mana?" tanyaku pada Yudha, cowok bertubuh kurus dengan dijat lebar yang selalu labil bila ditanya tentang kehidupan, yach terkadang sering mengirim chat BBM yang buatku nggak penting banget, namun dia bagiku menarik karena memiliki bentuk alis meruncing mirip ujung sapu ijuk, sangat runcing namun tipis.
"masih otw kak" jawabnya.
Setelan joger pant berwana cream dengan kaos jersey kuning membalut tubuhnya yang kurus layak tiang bendera itu, terlihat rapi jauh berbeda dengan sifat pribadinya yang labil. Mungkin penampilan baginya adalah image yang harus berbeda dengan keadan. Tak sama denganku bagiku style dan cara berpakain adalah menunjukkan suasana hati, sa'at ini hatiku sangat panas jadi aku hanya mengenakan kaos merah bersablon I LOVE BALI, dengan lambang hati yang sangat besar hampir memenuhi seluruh dada. sedangkan untuk celana aku pilih gaya retro 80'an yang dibawah melebar, lambang dari hidup bahwa aku sedang kepanasan.
"yach biasa jam karet, ngerti gitu tadi aku nyantai dulu di studio pemotretan" jawabku sedikit kesal.
"oh ya kak kenalin ini bojoku (bahasa jawa yang berarti suami/istri)" ucapnya sembari memanggil kekasihnya menemuiku, perkenalan singkat tak aku hiraukan, karena buatku itu bukanlah hal yang penting siapa loe itu urusan loe batinku. Tak lama menunggu sekitar 5 menit yang punya acara akhirnya datang, dengan dandanan klimis dan bergaya santai seakan tidak menunjukkan dia orang kaya, memang tidak kaya namun duit selalu ada katanya hihihi.
"udah lama nunggunya" sapa Dika ketika selesai memarkirkan motornya
"yach lumayan"
"ya udah ayo masuk booking dulu"
"ok"
Akhirnya kami masuk dan menungu di lobby, design ruangan yang simple dengan dinding bermotif batu bata merah tak diplester seolah ingin menyajikan nuansa berada pada zaman amerika ditahun 50'an dimana bar bar disana hanya menyajikan meja reseptionis, aku mengambil sudut sofa untuk duduk, mendinginkan kepala yang sudah muali memanas diubun ubun, dari kejauhan nampak Dika sedikit bersitegang dengan waiters sepertinya ada masalah, namun aku tak yakin masalah apa yang jelas aku hanya di suruh tenang balas dia via BBM.
Seorang bapak berpawakan gendut dengan baju bergaris garis hitam, datang dan menghampiri Dika, kemudian menelepon seseorang dan kembali berbicara pada Dika. Mukanya terlihat pucat seolah takut, mungkin dia tadi menelepon atasan nya.
"Yuk semua naik" suruh Dika bersama seorang waiters cowok berpawan kurus dengan senyum yang dipaksakan. Kami naik ke lantai dua dan diarahkan pada ruangan bernomor 12.
Suasana masih sedikit tegang dan canggung mungkin karena teman teman masih baru datang dan berusaha mendinginkan diri, tanpa pikir panjang aku langsung menuju meja panel, mencari lagu yang sekiranya bisa mencaikan suasana, Firework dari Katty perry itulah lagu pembuka yang aku pilih, meski aku tak bisa bernyanyi namun setidaknya hendakan musik beat bisa membawa mereka menyusuri suasana musik. Dan acara dimulai.
Satu persatu mulai berani bersuara menikmati baris baris kata yag muncul dilayar, seperti biasa aku hanya bisa diam. Sama sekali tidak berminat. Yach aku memang tidak hobby untuk bernyanyi terlebih lagi dengan jumlah orang yang cukup ramai. Dan kami pun terbawa oleh suasana, awalnya aku masih bisa tenang karena lagu yang aku suka masih terdengar tapi hal itu berubah ketika musik musik dangdut merubah daftar dafyra playlist, helloooo, aku benci dangdut, norak tau nggak.
Salah satu tempat karaoke di jalan Kedungdoro.
"Yang datang baru ini saja? temen yang lain mana?" tanyaku pada Yudha, cowok bertubuh kurus dengan dijat lebar yang selalu labil bila ditanya tentang kehidupan, yach terkadang sering mengirim chat BBM yang buatku nggak penting banget, namun dia bagiku menarik karena memiliki bentuk alis meruncing mirip ujung sapu ijuk, sangat runcing namun tipis.
"masih otw kak" jawabnya.
Setelan joger pant berwana cream dengan kaos jersey kuning membalut tubuhnya yang kurus layak tiang bendera itu, terlihat rapi jauh berbeda dengan sifat pribadinya yang labil. Mungkin penampilan baginya adalah image yang harus berbeda dengan keadan. Tak sama denganku bagiku style dan cara berpakain adalah menunjukkan suasana hati, sa'at ini hatiku sangat panas jadi aku hanya mengenakan kaos merah bersablon I LOVE BALI, dengan lambang hati yang sangat besar hampir memenuhi seluruh dada. sedangkan untuk celana aku pilih gaya retro 80'an yang dibawah melebar, lambang dari hidup bahwa aku sedang kepanasan.
"yach biasa jam karet, ngerti gitu tadi aku nyantai dulu di studio pemotretan" jawabku sedikit kesal.
"oh ya kak kenalin ini bojoku (bahasa jawa yang berarti suami/istri)" ucapnya sembari memanggil kekasihnya menemuiku, perkenalan singkat tak aku hiraukan, karena buatku itu bukanlah hal yang penting siapa loe itu urusan loe batinku. Tak lama menunggu sekitar 5 menit yang punya acara akhirnya datang, dengan dandanan klimis dan bergaya santai seakan tidak menunjukkan dia orang kaya, memang tidak kaya namun duit selalu ada katanya hihihi.
"udah lama nunggunya" sapa Dika ketika selesai memarkirkan motornya
"yach lumayan"
"ya udah ayo masuk booking dulu"
"ok"
Akhirnya kami masuk dan menungu di lobby, design ruangan yang simple dengan dinding bermotif batu bata merah tak diplester seolah ingin menyajikan nuansa berada pada zaman amerika ditahun 50'an dimana bar bar disana hanya menyajikan meja reseptionis, aku mengambil sudut sofa untuk duduk, mendinginkan kepala yang sudah muali memanas diubun ubun, dari kejauhan nampak Dika sedikit bersitegang dengan waiters sepertinya ada masalah, namun aku tak yakin masalah apa yang jelas aku hanya di suruh tenang balas dia via BBM.
Seorang bapak berpawakan gendut dengan baju bergaris garis hitam, datang dan menghampiri Dika, kemudian menelepon seseorang dan kembali berbicara pada Dika. Mukanya terlihat pucat seolah takut, mungkin dia tadi menelepon atasan nya.
"Yuk semua naik" suruh Dika bersama seorang waiters cowok berpawan kurus dengan senyum yang dipaksakan. Kami naik ke lantai dua dan diarahkan pada ruangan bernomor 12.
Suasana masih sedikit tegang dan canggung mungkin karena teman teman masih baru datang dan berusaha mendinginkan diri, tanpa pikir panjang aku langsung menuju meja panel, mencari lagu yang sekiranya bisa mencaikan suasana, Firework dari Katty perry itulah lagu pembuka yang aku pilih, meski aku tak bisa bernyanyi namun setidaknya hendakan musik beat bisa membawa mereka menyusuri suasana musik. Dan acara dimulai.
Satu persatu mulai berani bersuara menikmati baris baris kata yag muncul dilayar, seperti biasa aku hanya bisa diam. Sama sekali tidak berminat. Yach aku memang tidak hobby untuk bernyanyi terlebih lagi dengan jumlah orang yang cukup ramai. Dan kami pun terbawa oleh suasana, awalnya aku masih bisa tenang karena lagu yang aku suka masih terdengar tapi hal itu berubah ketika musik musik dangdut merubah daftar dafyra playlist, helloooo, aku benci dangdut, norak tau nggak.
"Gila, oh bukan tapi sinting" mungkin kata itu yang lebih tepat untuk menggambarkan isi hatiku, ketika mereka mulai tak punya rasa malu, goyangan goyangan setengah striptis membuatku seolah ingin mual, ditambah lagi musiknya adalah dangdut "hay hay ini masih siang" tapi tak ada yang mendengar, serasa diabaikan aku keluar ke toilet, ya ampun, toilet di dalam jauh lebih buruk tak ada kaca, tak ada handwash yang ada hanya urinoier dan aku semakin muak, aku kembali dan lebih gila lagi aku benar benar tak bisa membendung marahku begitu melihat kepulan asap rokok menggebu-gebu layaknya cerobong asap kereta api. Aku sudah tak tahan dan kuputuskan untuk pulang.
16.15
Kucoba untuk menenagkan diri, gucuram air wudhu yang akhirnya mampu membuatku menjadi diriku yang kembali utuh
"Mas Wis"
"Iya Natha" jawabku ketika Natha chat denganku
"Kamu kenapa? Status kamu kog gitu" sebelumnya aku memang membuat status bahwa aku menyesak dan berkata #tau gini tadi pemotretan ae# maksudku tidak jadi datang ke undangan karaoke
"Iya Natha aku bete"
"Karaokenya nggak seru ya? Atau ada yang jahatin kamu?"
"Iya Natha, nggak seru blazz, makanya aku pulang"
"Oalah loh kan gartis lumayan ngilangin stress"
"Kata siapa gratis, qta ditarik 15 ribu per orang, mana lagunya ga lengkap lagi"
"Yang penting bisa goyang kan, goyang kocok kocok"
"Entahlah Natha aku sama sekali nggal suka, dan ini yang terakhir, aku nggak mau lagi diajak sing a song"
"Kog gitu?"
"Ya pokoknya ga suka"
Chat terakhirku yang hanya dibaca tanpa dibalas
Kucoba untuk menenagkan diri, gucuram air wudhu yang akhirnya mampu membuatku menjadi diriku yang kembali utuh
"Mas Wis"
"Iya Natha" jawabku ketika Natha chat denganku
"Kamu kenapa? Status kamu kog gitu" sebelumnya aku memang membuat status bahwa aku menyesak dan berkata #tau gini tadi pemotretan ae# maksudku tidak jadi datang ke undangan karaoke
"Iya Natha aku bete"
"Karaokenya nggak seru ya? Atau ada yang jahatin kamu?"
"Iya Natha, nggak seru blazz, makanya aku pulang"
"Oalah loh kan gartis lumayan ngilangin stress"
"Kata siapa gratis, qta ditarik 15 ribu per orang, mana lagunya ga lengkap lagi"
"Yang penting bisa goyang kan, goyang kocok kocok"
"Entahlah Natha aku sama sekali nggal suka, dan ini yang terakhir, aku nggak mau lagi diajak sing a song"
"Kog gitu?"
"Ya pokoknya ga suka"
Chat terakhirku yang hanya dibaca tanpa dibalas
Akupun tertidur.
Dear ibu...
Aku merindukan mu,
aku rindu kasih sayangmu,
Aku rindu kecupan manismu,
aku rindu kehangatan pelukanmu,
Aku rindu masa masa dimana aku bisa bebas menangis dihadapan mu, dipangkuanmu dan bercerita semua tentang kesedihanku
Aku rindu nasihat nasihatmu yang menyejukakan namun penuh semangat dalam kekuatan jiwa,
Ibu aku merindukanku
Dear ibu...
Aku merindukan mu,
aku rindu kasih sayangmu,
Aku rindu kecupan manismu,
aku rindu kehangatan pelukanmu,
Aku rindu masa masa dimana aku bisa bebas menangis dihadapan mu, dipangkuanmu dan bercerita semua tentang kesedihanku
Aku rindu nasihat nasihatmu yang menyejukakan namun penuh semangat dalam kekuatan jiwa,
Ibu aku merindukanku
Tangisku meleleh sembari tidur.
Salam
Wisnu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar