Sabtu, 12 September 2015

Cairkan Aku

Sorry ya guys lagi lagi postingan curcol semalam baru bisa aku upload pagi ini, biasa artis mah pulang malam terus :-D
12-09-15
20.11 wib
Malam kota Surabaya yang cerah, dengan ramalan suhu mencapai sekitar 32 derajat celcius.
Badanku yang sejak sore sudah merasa tidak enak rasanya malas untuk keluar kamar. Berbaring tengkurap memainkan jari pada ponsel menjadi hal yang lebih membuatku hidup dibanding siaran tv yang hanya itu-itu saja, monoton penuh dengan ilusi politik yang justru semakin membuat ku jijik.
"Bang Wis nanti datang ya?" itulah kalimat yang sempat terlintas dari ingatanku, kalimat ajakan ketua geng D'CR pada beberapa pertemuan yang lalu. Yups hari ini ada salah satu anggota geng yang akan merayakan ulang tahun nya yang ke 22, tepat tengah malam nanti pukul 00.00 pada tanggal 13-09-15.
Ku lihat jam sudah pukul 21.30, aku pun beranjak pergi meninggalkan kasurku yang empuk dan berjalan menuju kamar mandi, membasuh muka, tangan, dan kaki. Biar sedikit segar dan tidak terlihat kucel di tengah acara nanti, mandi?? Tidak, aku sudah mandi sejak sore dan malas jika harus mandi lagi karena tahu sendiri lah, kualitas air di Surabaya tak sebagus kualitas air di pedesaan, jadi bila aku mandi lagi bukan kesegaran yang akan aku dapat melaikan akan bertambah berkeringat.
Jogger pant, flat shose, kaos abu abu berlengan 3/4, shall bermotif belang antara putih dan unggu menjadi pilihanku untuk datang ke acara ngumpul-ngumpul yang selalu dilakukan pada hari malam minggu, terlebih lagi hari ini akan ada yang ulang tahun jadi semua anggota diwajibkan untuk datang tanpa terkecuali dan sejuta alasan, aku sa'at ini yang sudah jomblo terkadang menjadi sedikit canggung bila harus bertatap muka dengan para mantan mantan dalam grub. Yups sebagian besar anggota grub adalah para kekasih dan mantannya, hahaha bahkan aku sempat berfikir grub ini sebenarnya buat apa sech? Kog anggotanya para barisan mantan.
Cukup lama aku memutuskan jadi berangkat atau tidak, padahal style dandananku sudah oke dan siap berangkat. Akhirnya tetap ku berangkat menuju baschamp yaitu salah satu taman di kota surabaya yang cukup terkenal ramai pada malam minggu, Taman Bungkul. Entah kenapa justru tempat ini yang dipilih, padahal sangat ramai dan penuh sesak dengan berbagai macam orang, namun tempat inilah yang membuat kami tak sedikit pun malu. Mungkin karena sudah menjadi hal yang biasa dan wajar bila orang cuek dan hanya mampu berkomentar lewat media sosial, dan itu yang membuat kami menjadi merasa tidak dipedulikan, padahal dulu sebelum tahun 2010 kami sangat dikucilkan.
Sampai ku di lokasi, bersama si merah yang ku parkirkan tak jauh dari lokasi tengah taman, meski dengan tarif agak mahal tujuanku agar mudah aku jangkau bila ingin pilang nanti tanpa harus bersusah payah mengeluarkan motorku. Suasana lokasi sangat ramai bahkan bisa aku bilang lebih ramai dari pasar tradisional yang sedang menggelar diskon hingga 80% maklum saja Taman Bungkul atau sering kami sebut "Tambun" adalah satu satu taman lapangan hijau yang luas di Surabaya, lokasinya yang terletak di tengah kota, tepat di pinggir jalan Darmo yang gampang diakses dari segala penjuru kota surabaya, semakin membuat taman ini tidak pernah sepi.
Menunggu, salah satu hal yang paling aku benci setelah janji yang tidak pasti. Yaa walau terkadang aku suka ingkar juga sech. Tapi apalah mau dikata itulah Indonesia dengan segala macam keunikan nya bahkan jam karet yang sudah menjadi jadwal dan budaya dalam aliran darah manusia Indonesia, semakin membuat berbeda dari negara lain diluar negeri. Satu persatu anggota datang hingga tepat 11.26 wib semua anggota telah datang, entah kenapa kehadiran dia sang pujangga kali ini tampak membuatku semakin muak, bukan karena dia datang bersama pacar barunya, bukan karena dandanan dia yang sama sekali tidak macth, bukan juga dengan keterlambatan nya yang terlalu menyita waktuku. Dia tampak sunggug memuakkan seketika itu pula aku menjadi marah, namun kenapa juga aku marah, dia bukan kekasihku, dia bukan mantanku, dia bukan sodaraku, tetapi wajar aku marah karena dia yang sa'at ini mampu mengalihkan pandanganku, mampu membuatku untuk merasakan getaran di dada, dia yang mampu membuatku bertekuk lutut dan juga yang mampu membuatku untuk berkata "aku cinta".
Matanya datang dengan sinar yang telah pudar, pucat, bahkan lebih buruk ketika dia masih menjomblo kemarin. Aku kasihan padanya, inginku untuk memeluknya mengajaknya keluar dari belenggu kehausan jiwa, namun semua itu hilang, rasa itu berubah dingin, sedingin es di kutup utara. Bekas bekas luka dilehernya lah yang membuatku menjadi dingin. Dia telah melakukan. Dia telah kehilangan. Bersama pacar barunya.
Aku tak bisa berkata lagi, aku hanya diam, kemeriahan pesta malam itu tak mampu mencairkan diriku yang telah membeku, bara api lilin yang telah macairpun tak mampu mencairkan hatiku.
Aku ingin segera acara ini berakhir agar akau bisa mencairkan diriku dengan lagu lagu dalam ponselku, "Natha inikah balasanku yang dulu tak pernah menganggapmu ada?"
Salam
Wisnu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar