18-09-15
Jum'at pagi, di kamarku yang nyaman.
Bep beeppp!!! Bep beeepp!! Suara alarm keamanan yang menyala ketika seseorang telah melanggar batas,
"Kenapa batas ini ada disini?"
"Dia yang telah memasangnya?" jawab seorang ibu yang suaranya seperti aku kenali, aku setangah mengantuk memandangnya dan memperhatikan senyumnya, ku gosok mataku agar bisa melihat dengan jelas, namun tak mampu hanya buram yang aku rasakan. Suranya aku kenal dan terasa begitu dekat.
"Apakah batas ini bisa dipindah? Agar aku tidak kesepian?" pintaku
"Bisa, suatu sa'at nanti, sekarang lepaskan alarm itu" tunjuk wanita itu pada sebuah kotak kecil.
"Yang ini?" tanyaku sembari melepaskan kotak kecil berbentuk seperti slop penyambung kabel
"Terimakasih, sekarang ikhlas kan agar aku bisa tidur dengan tenang"
Pemandangan ku semakin kabur semua berubah putih.
Bep beeep, bep beepp!!!
Suara alarm ponselku seolah menariku dari dunia putih menuju dunia nyata.
"Oh ternyata cuma mimpi" gumamku sembari mematikan alarm pada ponsel.
Jam menunjuk pukul 05.00 wib
Kali ini udara terasa sedikit dingin, tak seperti hari hari kemarin yang begitu panas hingga mampu merusak element kipas anginku.
Ku cuci muka dan mencoba mengingat-ingat siapakah yang berbicara dalam mimpiku? Aku coba untuk mengingat dan sentak aku teringat sosok beliau, beliau yang selalu membangunkan diriku untuk sholat subuh semasa hidupnya, dia adalah almarhumah ibu, aku masih belum mengerti apa maksud alarm keikhlasan, namun yang jelas kurang satu minggu lagi adalah 40 harinya ibu telah berpulang.
Mengingat hal itu aku menjadi murung dan sepanjang hari hanya ingin diam, di tempat kerja pun juga tidak bergairah melakukan sesuatu, untunglah hari ini nota tagihan yang harus aku cek tidak terlalu banyak. Bagaimana dengan makan siang? Jangankan makan siang sarapan yang sudah aku bungkus sejak tadi pagi saja tidak aku sentuh. Pikiran itu masih melintas dalam diriku, apa yang ibu maksud dengan alarm yang mengganggu nya tidur? Haripun berlalu dengan sunyi.
"Kenapa batas ini ada disini?"
"Dia yang telah memasangnya?" jawab seorang ibu yang suaranya seperti aku kenali, aku setangah mengantuk memandangnya dan memperhatikan senyumnya, ku gosok mataku agar bisa melihat dengan jelas, namun tak mampu hanya buram yang aku rasakan. Suranya aku kenal dan terasa begitu dekat.
"Apakah batas ini bisa dipindah? Agar aku tidak kesepian?" pintaku
"Bisa, suatu sa'at nanti, sekarang lepaskan alarm itu" tunjuk wanita itu pada sebuah kotak kecil.
"Yang ini?" tanyaku sembari melepaskan kotak kecil berbentuk seperti slop penyambung kabel
"Terimakasih, sekarang ikhlas kan agar aku bisa tidur dengan tenang"
Pemandangan ku semakin kabur semua berubah putih.
Bep beeep, bep beepp!!!
Suara alarm ponselku seolah menariku dari dunia putih menuju dunia nyata.
"Oh ternyata cuma mimpi" gumamku sembari mematikan alarm pada ponsel.
Jam menunjuk pukul 05.00 wib
Kali ini udara terasa sedikit dingin, tak seperti hari hari kemarin yang begitu panas hingga mampu merusak element kipas anginku.
Ku cuci muka dan mencoba mengingat-ingat siapakah yang berbicara dalam mimpiku? Aku coba untuk mengingat dan sentak aku teringat sosok beliau, beliau yang selalu membangunkan diriku untuk sholat subuh semasa hidupnya, dia adalah almarhumah ibu, aku masih belum mengerti apa maksud alarm keikhlasan, namun yang jelas kurang satu minggu lagi adalah 40 harinya ibu telah berpulang.
Mengingat hal itu aku menjadi murung dan sepanjang hari hanya ingin diam, di tempat kerja pun juga tidak bergairah melakukan sesuatu, untunglah hari ini nota tagihan yang harus aku cek tidak terlalu banyak. Bagaimana dengan makan siang? Jangankan makan siang sarapan yang sudah aku bungkus sejak tadi pagi saja tidak aku sentuh. Pikiran itu masih melintas dalam diriku, apa yang ibu maksud dengan alarm yang mengganggu nya tidur? Haripun berlalu dengan sunyi.
18.00 wib
Kampus

"hay mas Wisnu"
"hay" jawabku cetus tanpa melihat dengan jelas siapa orang yang telah memanggilku
"ya ampun sombongnya"
"eh sorry, aku lagi nggak fokus, pikiranku lagi terbelah"
"pantesan aja, emang ada apa sech?'
"enggak ada apa apa kog" jawabku sembari melempar senyum pada Joana
dia paham bahwa aku sedang mengalami masalah, jujur, dari teman-teman satu kelompok belajarku hanya dia yang sangat peka, mungkin sifat pribadinya itu dia dapat karena terlahir sebagai anak sulung yang harus bisa menjaga adik-adiknya. Pikirannya yag selalu terbuka dan paras wajahnya yang cantik, sempat membuatku luluh dan tersadar bahwa wanita itu begitu indah, sempat berfiki untuk berubah dan mencintainya, namun itu tidaklah mudah setelah sering mendengar curaha hatiya yang sa'at ini telah jatuh cinta pada seorang lelaki yang jauh lebih dewasa dariku. yeach lagi-lagi aku hancur. Namun sekarang justru lebih baik, aku jadi lebih sering bersama sebagai sahabat tanpa beban bahwa aku berbeda "JmJ" (Jeruk Makan Jeruk).
"Tadi jam pertama matkul apa?" tanyaku memecah hening
"analisis akuntansi sektor public"
"loh kog nggak ikut satu kelas denganku, kan Ita dapat matkul analisis investasi dan portofolia kan?"
"iya mas dapat, cuma beda kelas"
"oo pantes kog nggak ada tadi di kelasku"
"eh Ifan nggak masuk kah?"
"nggak tahu juga aku? hari ini juga nggak ada kabar tentang dirinya.
"apa dia sakit?" tanya Joana sembari mengernyitkan dahinya penasaran.
"aku rasa enggak, karena kemarin aku dengan dia sedang ngobrol serius diponsel tentang bisnis barunya. Jadi aku rasa dia tidak masuk hari ini karena untuk pertemuan itu"
"oh mungkin saja, tapi kog mas tahu?"
"hehehe ada dech?"
"haiyo habis stalking yaa?"
"udah ah, dosen udah datang".
Perasaan hati memang tak bisa disembunyikan jujur aku rindu dengan If, meski terkadang tihkan lakunya sering konyol dan membuatku marah. Tapi tetap saja aku luluh oleh senyumnya. senyum manis dari bibir tipisnya.
23.13
Kamarku
Kasur yang empuk dan rapi seolah mengundangku untuk bisa menidurinya, merebahkan seluruh raga,
menjatuhkan seluruh keluh kesahku, meninggalkan sutuk hatiku, melupakan emosiku, dan kembai bermimpi, bermimpi menemui ibuku.
Ibu engkau yang aku rindu, jadikan bahagiaku untuk bisa bersamamu.
Salam
Wisnu
"apa dia sakit?" tanya Joana sembari mengernyitkan dahinya penasaran.
"aku rasa enggak, karena kemarin aku dengan dia sedang ngobrol serius diponsel tentang bisnis barunya. Jadi aku rasa dia tidak masuk hari ini karena untuk pertemuan itu"
"oh mungkin saja, tapi kog mas tahu?"
"hehehe ada dech?"
"haiyo habis stalking yaa?"
"udah ah, dosen udah datang".
Perasaan hati memang tak bisa disembunyikan jujur aku rindu dengan If, meski terkadang tihkan lakunya sering konyol dan membuatku marah. Tapi tetap saja aku luluh oleh senyumnya. senyum manis dari bibir tipisnya.
23.13
Kamarku
Kasur yang empuk dan rapi seolah mengundangku untuk bisa menidurinya, merebahkan seluruh raga,
menjatuhkan seluruh keluh kesahku, meninggalkan sutuk hatiku, melupakan emosiku, dan kembai bermimpi, bermimpi menemui ibuku.
Ibu engkau yang aku rindu, jadikan bahagiaku untuk bisa bersamamu.
Salam
Wisnu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar