Minggu, 04 Oktober 2015

Kapas Kapas Bintang

05.12 Wib

Pagi masih menyelimuti bumi yang tak berhenti berputar, aku yang sayup sayup bangun mencoba meraih sandal yang berbentuk kelinci, berwarna coklat, terbuat dari kain berudu yang halus. Suhu udara pagi ini begitu dingin terlebih lagi sa'at ini masih musim kemarau, sehingga angin kencang tak pernah berhenti meniupkan siulan centilnya dari rongga-rongga daun. Dengan tubuh yang lunglai penuh aura kantuk yang tak bisa aku tahan, ku coba berdiri dan melangkah ke kamar mandi, ku ambil air wudhu beriringan dengan suara azan yang tedengar samar. Sholat subuh awal dari do'a memuliakan Tuhanku.


Senyum ku masih terbuka lebar, menatap cermin berharap bahwa kebahagian ku sa'at ini bukanlah mimpi, hari ini adalah hari yang paling aku tunggu, yups hari dimana aku akan menikmati libur panjang setelah ujian akhir semester enam, hari dimana aku bisa menjelajahi kota Malang, dan tentu saja aku akan bersama Zisilia sepanjang perjalanan hihihi.
"Wisnu jangan lupa ya jam 7"
"ketemuan dimana?"
"aku jemput di kost kamu saja, kamu kost dimana? kirim map ya?"
"ok, aku send"
"tunggu-tunggu, kalau kamu jemput aku, motor kamu nanti kamu taruh dimana?"
"sudah tenang saja" jawabnya mengakhiri percakapan via BBM
aku menjadi heran, jika dia menjemput aku, jadi dia tidak satu motor? wah nggak seru? tapi kemarin katanya menggunakan motornya? ooohhh aku tahu, aku tetap satu motor dengan dia, menggunakan motornya, motorku disuruh menginap di kost, mungkin gitu kali ya hehehe.
"Wisnu keluar donk, aku di depan" bunyi vioce mail yang dia kirim
tanpa aku jawab, segera aku keluar, baju kemeja bermotif jangkar kecil kecil yang menyebar keseluruh kain berwana putih itu membuatku terkesan rapi namun santai. sepatu semi boot berwana coklat dipadu padankan dengan celana jiens skiny biru dokker semakin memuatku terlihat tinggi dan percaya diri, wangi, tentu saja karena ini adalah moment pertamaku jalan dengan seorang wanita, terlebih dia adalah cewek yang sudah 3 semester ingin ku sapa. Selesai ku kunci kamar dan membawa helm kedepan kost, tidak ada sepeda motor? apa mungkin dia mengerjain aku?
"Sodara Wisnu" panggil seorang pemuda yang menghapiriku, dari penampilan yang dia pakai sepertinya berupa seragam driver.
"betul pak, ad ayang bisa saya bantu"
"silahkan ikut saya, Nona Lia sudah menunggu?"
"baik pak" oh ternyata dia adalah driver yang sering mengantar Zisila ke kampus, itupun juga tidak setiap hari, karena dia lebih suka mengendarai motor maticnya. Tapi itulah yang aku kagumi, meski dia terlahir sebagai keturunan orang kaya, Zisilia tidak pernah sombong, di kampus dia terlihat lebih merakyat dam tidak pernah memamerkan kekayaan orang tuanya, itulah mengapa dia banyak teman, sekaligus penggemar berat.
"silahkan masuk"
"terimaksih"
"hay Nu lama banget, ayo pak jalan" kata Zisilia ketika aku sudah duduk
"Sorry sorry, nunggu lama"
"iya, bercanda atuch"
"kita mau kemana? jadi ke Malang?"
"enggak, kita ketempat lain ya, aku bosan ke Malang?"
"lah terus kemana?"
"udah diam aja, dan nikmati perjalanan"
Mobil melaju kearah Surabaya timur, dengan iringan musik pop dan kursi jok yang empuk serasa aku berada dalam kamar sendiri, ku perhatikan Zisila yang duduk di sampingku, dia sedang asyik memainkan tablet nya, sesekali menoleh padaku dan tersenyum, penasaran juga sech apa yang sedang dia buat di tabletnya? apa sebuah game? tapi aku rasa Zisila bukan pencinta game, namun kenapa dia begitu serius? entahlah. Ku palingkan pandangan menihat driver Zisilia, dia begitu fokus mengendarai mobil dan berusaha membuat kami nyaman, "tegang" mungkin kata ini lebih cocok menggambarkan exspresi wajah driver Zisilia.
Mobil melaju kearah Surabaya Timur tak berselang lama sekitar 45 menit kami sampai di pelabuhan, dan sudah menjadi aturan untuk setiap penumpang agar turun dan menuju dek kapal, kami dilarang untuk naik dalam kendaraan pribadi ketika kapal akan menyeberang, mungkin jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan kita bisa segera menyelamatkan diri, tidak terjebak dalam mobil. Mobil telah terparkir aman di lambung kapal kami turun dan menuju lantai dua. Semilir angin ombak pantai membuatku ingin keluar minikmati pendangan luas lautan. Namun Zisilia menolak karena cuaca cukup panas waktu itu, akhirnya aku hanya sendiri di tepi pagar lambung, memandang proses pembangunan jembatan Suromadu
"itulah lambang kemakmuran Surabaya"
"oh iya kah"
"Iya, mau kopi?"
"Oh tidak makasih"
"Mas ini pacarnya non Zisilia kah?"
"Panggil aja Wisnu, nggak usah pake mas, sepertinya qta seumuran, hehehe"
"Oh iya aku Gilang" jawab gilang sembari tersenyum
"Sudah lama ikut Lia?"
"Sudah 3 tahun"
"Tiga tahun? Kog aku jarang lihat kamu nganter Lia ke kampus?"
"Iya, aku biasa bantu ibu di rumah, sedang yang biasa anter jemput non Lia itu pamanku, nah kali ini aku yang nyetir karena paman nganter tuan Andre keluar kota"
"Oh gtu, baru belajar nyetir ya"
"Mas kog tahu?"
"Iya, hehehehe ma'af ya tadi sempat perhatiin kamu, di mobil, kmu terlihat tegang banget"
"Hehehehe jadi malu aku"
Perbincangan kami harus selesai karena kapal akan segera bersandar, kami kembali ke mobil untuk bersiapa merapat keluar kapal, posisi seperti tadi Zisilia duduk di belakang sopir, Gilang menyetir, dan aku. Aku pindah duduk di depan mendampingi Gilang, berusaha membuat suasana santai dengan nya agar tidak berkesan jarak yang jauh.

Pulau garam
Bagitulah kami menyebut pulau Madura, pulau yang menyimpan sejuta keunikan dari mulai budaya hingga cita rasa kulinernya. Mobil kami masih melaju jauh menuju sisi paling timur pulau Madura, lebih tepatnya Kabupaten Sumenep, aku bingung arah tujuan kami, mengapa menuju Sumenep? bukan kah rencana awal ke Malang? apa mungkin Zisilia punya sodara di Sumenep? rasa penasaranku semakin tak bisa terbendung setelah kami tiba di suatu pelabuhan kecil. kami akan menyeberang namun tak tahu, Zisilia yang dari tadi tertidur pulas, akhirnya bangun setelah aku bangunkan, dan Gilang sepertinya terlihat lelah. Senja sudah berada diujung ufuk barat langit Madura, senja yang begitu indah dengan warna emas jingga. Sebuah penginapan sederhana namun bersih menjadi tempat kami singgah sementara, Dua kamar telah dipesan Zisilia, aku tidur sekamar bersama Gilang dan Zisilia sendirian.
"Gilang kamu mau mandi duluan?"
"boleh, capek banget nich, baru pertama kali aku nyetir sampai 5 jam non stop"
"oh ya? tapi tak apalah sekalian tambah latihan, hehehe"
seketika dia masuk kamar mandi, aku yang awalnya tidak membawa persiapan sekarang menjadi linglung? bagaimana tidak? aku tidak membawa baju ganti lalu aku harus memakai apa? oh bodoh amat pake yang ini juga bisa. sembari menunggu Gilang selesai mandi, ku rebahkan badan ini diatas ranjang dan menyalakan TV,
"suka film kartun?" suara dalam Gilang dari balik kamar mandi memecahkan fokusku pada layar tv,
"iyya" jawabku sembari kembali duduk dan menatapnya
"apakah ini nyata? benarkah yang aku lihat?" pertanyaan lirihku begitu melihat Gilang hanya mengenakan handuk dipinggang, setengah tubuhnya kini terexpose dengan sempurna, dadanya yang bidang, otot lengan yang begitu kekar, dan dipadukan dengan perutnya yang rata dan sedikit lekukan sixpack, ku kedipkan mata, berusaha fokus, "rasa apa ini? aura apa ini?" gumamku lirih semakin tidak jelas.
"hay kamu homo yaa, melototin aku sampai segitu"
"eh enak aja, sini handuknya aku mau mandi" jawabku kesal dan langsung merebut handuknya, tentu saja begitu aku tarik, dia menjadi kebingungan segera berbalik, aku tak menghiraukan nya dan langsung masuk ke kamar mandi.

bersambung....

Salam

Wisnu

Senin, 28 September 2015

Kapas Kapas Bintang

Parkiran kampus,
Hujan deras masih mebasahi bumi bumi kering disekitar kota Surabaya, aku yang masih menunggu hujan reda hanya bisa tertunduk menatap ponselku, bermain beberapa game yang sudah terinstall, dan sesekali memperhatikan Zisilia, gadis pindahan dari salah satu universitas di kota Jogja itu sedang menunggu seseorang yang menjemputnya, di teras gedung fakultas ekonomi yang tidak jauh dari parkiran motor dia terlihat mulai kesal, beberapa kali menempelkan ponselnya seperti ingin menghubungi seseorang, cukup lama aku memperhatikan gadis yang berusia sekitar 19 tahun itu terlihat anggun dengan rambut hitamnya yang lebat, setelan celana joger dan sepatu cats dan sebuah tas jinijng berwarna coklat sangat cocok dengan padu-padan blasernya berwarna cream. senyumnya yang manies dengan bibir yang merekah penuh semakin membuat cowok cowok kampus ingin mendekati dirinya. tapi apalah daya, ibarat kata sebuah harta yang berharga pasti banyak yang mengincarnya, aku sadar diri, aku hanya cowok kampung yang tidak punya apa-apa jadi hayalan untuk memilikinya tidak akan aku lambungkan terlalu tinggi. Yups ternyata dugaanku benar, sebuah mobil sedan merk mercedes berhenti tepat di depan teras lobby gedung fakultas ekonomi, kemudian hilang membawa sang juita Zisilia.
Layaknya mendapat sebuah undian berhadiah nyawa, moment jam kosong mata kuliah manajeman menjadi seperti anugerah yang selalu aku nanti, bagaiman tidak dengan adanya jam kosong aku tidak perlu harus keluar masuk toilet karena derita perut mules yang aku alami sepanjang pagi ini. Yups maklum hari ini adalah tanggal tua, momok para mahasiswa yang berasal dari perantauan, semalam aku menghadiri pesta makan malam acara ulang tahun teman sekelas, karena berfikir kapan lagi bisa makan enak di akhir bulan, gratis lagi, jadi piringku aku penuhi sejadi jadinya dan alhasil kali ini aku menjadi sakit perut. Rasa mules yang tak bisa aku pertahankan membuatku nekat di kamar mandi wanita, mau tidak mau karena kamar mandi pria sedang dalam tahap renovasi.
Keluar.... Legaa, hihihi
melintas gedung fakultas ekonomi, Zisilia masih menunggu, kali ini dia duduk termenung membaca sebuah novel dengan iringan musik pada handset
"hay jalan lihat-lihat donk" teriak seorang cowok yang aku tabrak
"oh sorry sorry"
"jalan itu fokus ke depan, jadi basahkan"
"iya iya ma'af" jawabku sembari mengeringkan bajunya yang basah tertumpahan jus, untung saja tidak membekas. Aku menoleh pada Zisilia dia hanya tersenyum manies sedikit tertawa. Aku langsung pergi karena malu.

Sabtu sore, lapangan basket
sorak demi sorakan terdengar kenjang dari para pemandu sorak. Zisilia hanya duduk dibangku penonton sembari memperhatikan ponsel dan terlihat beberapa kali mengambil gambar. Dari kejauhan aku hanya bisa memandang, mengagumi dari jauh, tanpa ada keberanian untuk bersuara, atau menyapa. Ingin rasanya bisa berkata "hay" dan mengobrol bersama.
hari demi hari telah berlalu, sepanjang waktu pulang kuliah selalu aku sempatkan untuk berhenti di parkiran hanya untuk melihat Zisilia menunggu untuk dijemput pulang. bahkan aku sampai hafal dimana dia duduk, tepat di bangku kursi panjang nomor 3 dari kanan, membawa buku dan gadget pemutar musik, namun sebelum duduk dia selalu menoleh ke parkiran motor, entah dia menoleh padaku atau hanya sekedar meregangkan kepala, lalu duduk.
Tidak terasa semester enam sudah aku lalui, waktu berjalan begitu cepat. dua semester lagi sidang skripsi akan aku lalui, aku harus bertekat untuk mendapatkan nilai yang lebih bagus ketika lulus nanti, berjuang untuk bekal menempuh derasnya kehidupan para pencari kerja, biarlah itu berjalan nanti yang terpenting sekarang akhirnya aku bisa liburan, banyak jadwal yang sudah aku rencanakan terutama menjelajah idahnya kota Malang.
"Hay Wisnu, nama kamu Wisnu kan?"
"oh iya, Zisilia! ssee see dang apa kamu disini?" tanyaku terkejut
"panggil lia saja, iya mulai hari ini aku naik sepeda motor sendiri?"
"oh iya"
"iya, karena capek lama-lama menunggu kakakku terus, terlebih sekarang dia sudah bekerja, jadi sering terlambat ketika jemput aku?"
"oh jadi cowok yang sering jemput kamu pake Ninja merah itu kakakmu?"
"loh kog kamu tahu?"
"hehehe"
"kamu tinggal dimana Nu?"
"aku kost di daerah Surabaya pusat"
"jauh juga ya dari sini?"
"lumayan, liburan mau kemana?"
"belum tahu, kalau kamu?"
"rencana aku pengen ke kota Malang, mejelajahi indahnya bukit hijau sama udara segar"
"oh iya,  aku boleh ikut?"
"hah, yakin? bagaimana dengan orang tuamu? lagian juga aku mungkin akan tinggal dijalan, maklum nggak bisa sewa kamar hotel"
"ah gampang itu, mau naik apa sech"
"motor laah"
"udah ikut aku aja ya, semua beres, besok aku jemput, bye bye Wisnu" lambaian tanganya menutup senyum nya yang manies, dia pergi menjauh menuju istana rumah dia berada. Benarkan barusan yang terjadi? Zisilia cewek super populer dikampus ngajak aku liburan bareng? sepertinya ini mimpi, dan bila ini benar benar mimpi semoga aku tidak bangun, karena rasa ini tak ingin ku biarkan pergi..

Bersambung.....


Salam

Wisnu

Minggu, 27 September 2015

Kapas Kapas Bintang



23.08 wib
Guyuran bulir bulir air dari shower mengalir hangat membasahi seluruh tubuhku, seolah memberikan sentuhan semangat pada tubuh yang lelah menghadapi derasnya alur kehidupan. kecewa, marah, dendam, bingung dan sakit pilu yang tak pernah terobati.
Siapa diriku yang sebenarnya? Apa tujuan hidupku? Bagaimana ini bisa terjadi? Haruskah aku lanjutkan keindahan semu dari sebuah kebohongan? atau aku harus diam dan berharap seolah ini hanya mimpi? pertanyaan pertanyaan yang tak bisa aku jawab terus saja berdenging dalam telingaku. ku coba untuk tenang dan tersenyum melihat cermin di dalam kamar mandi. Ini adalah hidupku, mimpiku, angan-anganku masih terbayang indah. Katulistiwa masih menyala merah dengan gagah, dan hariku esok adalah rencana Tuhan yang indah.
Aroma secangkir coklat panas yang begitu menyegarkan ketika menyentuh seluruh sensor rongga-rongga indra penciumanku semakin membuatku merasa begitu segar, seolah membuatku melayang terbang dan mendarat dengan lembut pada sebuah shofa yang empuk di depan telivisi. Shofa berwarna biru tua dari bahan berudu ini lah yang selalu menjadi saksi bisu kehidupanku, mulai dari cerita manis ketika aku mulai membeli apartemen ini hingga kisah pilu dimana aku harus..... tidak!! aku tidak mau mengulang kisah itu.
Acara talk show yang ringan di salah satu stasiun televisi akhirnya menjadi channel pilihan setelah berulang kali memencet tombol remot tv. Kadang aku kasian juga pada remot ini karena hanya akan dimainkan sampai rusak, jika sudah rusak ganti yang baru. Hahaha seperti hidupku yang sekarang ditinggalkan setelah lama dipermainkan. Episode dalam talk show tersebut kali ini membahas fenomena luar biasa yang terjadi di Indonesia "Gembar-Gembor Pernikahan Sejenis", lebih tepatnya sih pernikahan dua orang laki-laki berwarga negara asing, sebenarnya hal ini tidak akan menjadi masalah, negara-negara barat sudah banyak yang memberikan sah, lalu apa yang jadi masalah? bukankah kiblat keidupan kita sa'at ini sudah menuju masyarakat barat? yang menjadi masalah karena pernikahan ini dilakukan di Indonesia, sehingga menjadi kontroversi mengingat Indonesia adalah negara hukum yang menentang LGBT bahkan, dikabarkan dewan petinggi negara akan membuat rancangan Undang-Undang dimana hukuman mati akan dilakukan pada kaum LGBT. Tapi oarang-orang anggota dewan petinggi negara apa tidak berifikir? bagaimana cara sesorang menjadi lesbi, gay, bisexsual, atau transgenre? seharusnya bukan akibat yang dilakukan tapi mencari pokok permasalahan kenapa LGBT bisa terjadi. "entahlah aku harus positif atau negatif, hidup dan mati itukan urusan Tuhan" pikirku sembari mematikan tv dan pergi tidur.

"Selamat ya pak Adhit"
"terimakasih" jawabku sembari membalas jabatan tangan dari Zisilia, sekertarisku yang cantik dan sexsi, aku sangat berterimakasih padanya, mungkin pesta perayaan ini lebih aku tujukan untuk dirinya, karena berkat kerja keras dan keuletan serta profesionalitasnya akhirnya proyek kami berjalan dengan sukses, clien pun tertawa puas dengan penuh bangga. Sudah hampir tiga tahun aku mendirikan usaha jasa konsultasi di bidang properti, dari mulai mencari lokasi yang strategis hingga teknik pemasaran yang cocok untuk suatu properti tertentu, dan yach kali ini kami menang tender dengan perusahaan developer asing. Awal yang bagus untuk bisa menuju tangga dunia.
"Selamat malam semua, salam hangat dari saya untuk kebersamaan kita, pada kesempatan kali ini izinkan saya untuk menyampaika rasa hormat dan terimakasih untuk teman teman, para sahabat, para rekan dan tamu undangan, karena telah hadir dalam perayaan hari jadi perusahaan yang telah membawa kita menuju kesuksesan bersama. Tidak terasa tiga tahun telah kita lalui bersama dengan banyak semangat dan pencapain prestasi yang kuar biasa, mari bersulang bersama untuk merayakan kebahagiaan kita, untuk sukses" ucapan pembuka ku untuk memulai pesta sambil mengangkat segelas minuman.

Acara pesta berlangsung meriah,irama musik yang mulai berdetak beat kian memecah malam perayaan ini, untunglah sebagian clien dan tamu undangan adalah bisnisman muda, sehingga tidak canggung dan bisa bergerak bebas mengikuti irama, sedang yang hhhhmmmbisa aku bialng cukup umur dan bau tanah sudah kabur, ngajir meninggalkan hall pesta di hotel Cempruk "Cemara Petruk"
"ayo pak Adhit ikuti musiknya" ajak Zisilia
"ah tidak, aku tidak bisa menari"
"ayolah pak"
"rayuan dari bibir maniesnya yang sexsi akhirnya meluluhkan langkahku dan berjalan mengikutinya ke lantai dansa"
"nah gitu donk pak, tuch bisa, hahaha"
banyak yang heran kenapa Zisilia begitu akrab denganku, bila dilihat dari hubungan darah dia bukan sodaraku, bila dilihat dari pekerjaan justru dia adalah bawahanku yang seharusnya lebih sopan padakku. Semua itu berawal ketika kami masih duduk dibangku kuliah, lebih tepatya ketika semester lima, dia mahasiswa transfer dari universitas lain, kala itu hujan begitu deras, angin kencang juga meraung seolah ingin keluar dari genggaman sang pemilik kuasa. Aku yang sudah terjebak berjam-jam akhirnya hanya bisa pasarah menunggu hujan reda di parkiran kampus, karena jas hujan yang selalu menerpa basahnya air hujan kali ini tidak aku bawa, lupa karena kemarin telah dipinjam oleh ibu kostku.


bersambung.......




Salam

Wisnu


Senin, 21 September 2015

Puisi Dalam Kesunyian

Part 2
13.30 wib
Salah satu tempat karaoke di jalan Kedungdoro.
"Yang datang baru ini saja? temen yang lain mana?" tanyaku pada Yudha, cowok bertubuh kurus dengan dijat lebar yang selalu labil bila ditanya tentang kehidupan, yach terkadang sering mengirim chat BBM yang buatku nggak penting banget, namun dia bagiku menarik karena memiliki bentuk alis meruncing mirip ujung sapu ijuk, sangat runcing namun tipis.
"masih otw kak" jawabnya.
Setelan joger pant berwana cream dengan kaos jersey kuning membalut tubuhnya yang kurus layak tiang bendera itu, terlihat rapi jauh berbeda dengan sifat pribadinya yang labil. Mungkin penampilan baginya adalah image yang harus berbeda dengan keadan. Tak sama denganku bagiku style dan cara berpakain adalah menunjukkan suasana hati, sa'at ini hatiku sangat panas jadi aku hanya mengenakan kaos merah bersablon I LOVE BALI, dengan lambang hati yang sangat besar hampir memenuhi seluruh dada. sedangkan untuk celana aku pilih gaya retro 80'an yang dibawah melebar, lambang dari hidup bahwa aku sedang kepanasan.
"yach biasa jam karet, ngerti gitu tadi aku nyantai dulu di studio pemotretan" jawabku sedikit kesal.
"oh ya kak kenalin ini bojoku (bahasa jawa yang berarti suami/istri)" ucapnya sembari memanggil kekasihnya menemuiku, perkenalan singkat tak aku hiraukan, karena buatku itu bukanlah hal yang penting siapa loe itu urusan loe batinku. Tak lama menunggu sekitar 5 menit yang punya acara akhirnya datang, dengan dandanan klimis dan bergaya santai seakan tidak menunjukkan dia orang kaya, memang tidak kaya namun duit selalu ada katanya hihihi.
"udah lama nunggunya" sapa Dika ketika selesai memarkirkan motornya
"yach lumayan"
"ya udah ayo masuk booking dulu"
"ok"
Akhirnya kami masuk dan menungu di lobby, design ruangan yang simple dengan dinding bermotif batu bata merah tak diplester seolah ingin menyajikan nuansa berada pada zaman amerika ditahun 50'an dimana bar bar disana hanya menyajikan meja reseptionis, aku mengambil sudut sofa untuk duduk, mendinginkan kepala yang sudah muali memanas diubun ubun, dari kejauhan nampak Dika sedikit bersitegang dengan waiters sepertinya ada masalah, namun aku tak yakin masalah apa yang jelas aku hanya di suruh tenang balas dia via BBM.
Seorang bapak berpawakan gendut dengan baju bergaris garis hitam, datang dan menghampiri Dika, kemudian menelepon seseorang dan kembali berbicara pada Dika. Mukanya terlihat pucat seolah takut, mungkin dia tadi menelepon atasan nya.
"Yuk semua naik" suruh Dika bersama seorang waiters cowok berpawan kurus dengan senyum yang dipaksakan. Kami naik ke lantai dua dan diarahkan pada ruangan bernomor 12.
Suasana masih sedikit tegang dan canggung mungkin karena teman teman masih baru datang dan berusaha mendinginkan diri, tanpa pikir panjang aku langsung menuju meja panel, mencari lagu yang sekiranya bisa mencaikan suasana, Firework dari Katty perry itulah lagu pembuka yang aku pilih, meski aku tak bisa bernyanyi namun setidaknya hendakan musik beat bisa membawa mereka menyusuri suasana musik. Dan acara dimulai.
Satu persatu mulai berani bersuara menikmati baris baris kata yag muncul dilayar, seperti biasa aku hanya bisa diam. Sama sekali tidak berminat. Yach aku memang tidak hobby untuk bernyanyi terlebih lagi dengan jumlah orang yang cukup ramai. Dan kami pun terbawa oleh suasana, awalnya aku masih bisa tenang karena lagu yang aku suka masih terdengar tapi hal itu berubah ketika musik musik dangdut merubah daftar dafyra playlist, helloooo, aku benci dangdut, norak tau nggak.
"Gila, oh bukan tapi sinting" mungkin kata itu yang lebih tepat untuk menggambarkan isi hatiku, ketika mereka mulai tak punya rasa malu, goyangan goyangan setengah striptis membuatku seolah ingin mual, ditambah lagi musiknya adalah dangdut "hay hay ini masih siang" tapi tak ada yang mendengar, serasa diabaikan aku keluar ke toilet, ya ampun, toilet di dalam jauh lebih buruk tak ada kaca, tak ada handwash yang ada hanya urinoier dan aku semakin muak, aku kembali dan lebih gila lagi aku benar benar tak bisa membendung marahku begitu melihat kepulan asap rokok menggebu-gebu layaknya cerobong asap kereta api. Aku sudah tak tahan dan kuputuskan untuk pulang.
16.15
Kucoba untuk menenagkan diri, gucuram air wudhu yang akhirnya mampu membuatku menjadi diriku yang kembali utuh
"Mas Wis"
"Iya Natha" jawabku ketika Natha chat denganku
"Kamu kenapa? Status kamu kog gitu" sebelumnya aku memang membuat status bahwa aku menyesak dan berkata #tau gini tadi pemotretan ae# maksudku tidak jadi datang ke undangan karaoke
"Iya Natha aku bete"
"Karaokenya nggak seru ya? Atau ada yang jahatin kamu?"
"Iya Natha, nggak seru blazz, makanya aku pulang"
"Oalah loh kan gartis lumayan ngilangin stress"
"Kata siapa gratis, qta ditarik 15 ribu per orang, mana lagunya ga lengkap lagi"
"Yang penting bisa goyang kan, goyang kocok kocok"
"Entahlah Natha aku sama sekali nggal suka, dan ini yang terakhir, aku nggak mau lagi diajak sing a song"
"Kog gitu?"
"Ya pokoknya ga suka"
Chat terakhirku yang hanya dibaca tanpa dibalas
Akupun tertidur.
Dear ibu...
Aku merindukan mu,
aku rindu kasih sayangmu,
Aku rindu kecupan manismu,
aku rindu kehangatan pelukanmu,
Aku rindu masa masa dimana aku bisa bebas menangis dihadapan mu, dipangkuanmu dan bercerita semua tentang kesedihanku
Aku rindu nasihat nasihatmu yang menyejukakan namun penuh semangat dalam kekuatan jiwa,
Ibu aku merindukanku
Tangisku meleleh sembari tidur.
Salam

Wisnu

The Little Heart Chicken

19-09-15
Jalan Mojoangung
Si merah masih saja terus ku laju, iringan sirine mobil polisi dan ambulan berseru dari titik kejauhan, ku tengok dari balik kaca spion, dan perlahan menepi. Suasana jalan cukup lengang membuat banyak pengemudi melajukam kendaraan nya dengan kecepatan tinggi. Sehingga bila tak fokus bahaya laka lah yang mengintai.
"Ya Allah beri keselamatan" do'aku ketika menepi dan membiarkan mobil ambulan untuk melaju lebih dulu.
Jarum jam menunjuk pukul 09.53 wib
Tak terasa sudah hampir 2 jam aku melaju dari Surabaya menuju Kediri untuk pulang ke rumah ayahku. Rumah kelahiranku, rumah sejuta mimpi dan kenangan, rumah dimana aku selalu melihat senyuman. Ku lepas lelah sejenak mencoba mendinginkan si merah, dan suhu tubuh yang kian naik seiring sinar mentari yang terus bergerak menuju titik puncak dilangit, sebuah lapak pedagang kaki lima yang menjual aneka buah menarik perhatianku, lapaknya sederhana, terdiri dari susunan rak bambu yang diangkut dengan motor roda tiga, orang di desaku menyebutnya motor tossa meski merk dipasaran tak hanya itu. Satu kilogram sawo matang akhirnya aku beli setelah melihat dan memilih buat apa yang paling pas untuk siang siang yang terik, kandungan serat dan glukosa yang tinggi sanggup memulihkan tenagaku setelah perjalan jauh. Namun begitu terkejutnya aku ketika ingin membayar ternyata uang di dompet tinggal Rp 15.000,- untunglah harga sawo cuma 13.000 sehingga transaksi tetap aku lakukan, bayangin sampai aku batal membeli, kecewa pasti malu nya itu loh yang nggak bisa ditolelir hihihi. Selesai membayar si merah kembali aku laju untuk segera bertemu ayah, tak sabar, kangen.

15.07 wib
Semilir angin sore berhembus pelan melalui sela-sela cendela kamarku, sejuk namun dingin seiring mulai tergelincirnya mentari yang mulai kehilangan kemampuan menyinari tanah bumi ini. Ku lihat dibalik cendela kamarku yang langsung mengarah ke jalan besar, di seberang jalan tampak seorang sedang sibuk dengan gerobaknya, memasang sebuah tenda, menyalakan kompor, lalu memuang minyak dan menggoreng, hal yang sudah biasa sejak satu tahun yang lalu, tapi kali ini ada yang berbeda, bukan menu yang dia sajikan, menunya masih tetap sama ayam goreng ala restoran cepat saji KFC, namun cuma sebatas kaki lima dan tanpa nasi maupun minuman, cuma ayam nya aja yang dijual.
Ku amati lebih dalam seolah memasang cctv dalam pandangan mata menyelidik, "oh ternyata" ucapku spontan setelah tahu apa yang berbeda dari pedanga kaki lima seberang jalan. Segera aku keluar rumah pura pura menyiran anggrek yang kian sehat dan segar, padahal lebih ingin menikmati keindahan seberang jalan.
Yups seoarng laki-laki muda mungkin sekitar umur 18 tahun, berwajah oval dengan hidung mancungnya, kumis yang tipis, berbadan tegap dan bidang, merasa aku perhatikan dia melempar senyum padaku, oh tidak aku ketahuan, segera ku lempar senyum balik dan masuk ke rumah. Sesekali aku sempatkan untuk meraba seluruh tubuhnya melalui mataku, ku bayangkan dimensi waktu untuk bisa bersamanya, mulai dari kakinya yang berotot kuat, mungkin sering lari kali ya, lengannya yang menunjukkan bisep dan trisep begitu kokoh, paras wajahnya yang ramah dan seolah beraroma bau matahari yang khas laki-laki. Aku membara ingin bisa memeluknya, terlebih hhhhmmmm itu nya tuuu #bayangin sediri aja ya pasti udah tahu maksud ku#
Tidak!!! Bukan waktunya aku melamun membayangkan sensasi panas bersama dirinya, jujur meski aku menginginkan tapi aku tak mungkin meluapkan padanya. Ku buyarkan lamunanku untuk makan malam dan segera pergi mencari warnet terdekat, mengerjakn tugas dari dosen.

Warnet murah cuma 2000.
Si merah akhirnya berhenti di bawah pohon mangga, pohon yang sepertinya baru ditanam ini terlihat mulai menunjukkan bunganya, bunga yang akan menarik lebah untuk menghisap nektar dan membantu penyerbukan, kemudian jadilah buah, sebuah kombinasi mutualisme dimana keadaan satu sama lain saling menguntungkan. Suasana masih belum terlalu rame hanya terlihat beberapa jomblowan yang sudah asyik menatap ponsel maupun laptop masing masing, warnet ini tidak menawarkan kita menatap monitor yang sudah disediakan melainkan lebih berkonsep pada cafe cangkruk'an, sebuah konsep dimana pengelola cafe hanya menyediakan tempat dan jaringan wifi. Konsep ini sudah banyak ditawarkan dikota kota besar. Namun karena di desa dan biar terkesan murah, strategi pemasaran dilakukan dengan nuansa dekorasi rumah pribadi hanya ditambah beberapa meja dan kursi untuk menampung pengunjung. Jauh lebih praktis dan bermodal sedikit dibanding mendesaign ruangan yang benar benar real cafe.
Sebuah meja bundar yang kira kira mampu menampung 5 buah laptop menjadi tempat yang aku tuju, tempat yang sesuai untuk berdiskusi tapi buat apa pikirku, biasanya cafe-cafe seperti ini tingkat individualisme nya sangat tinggi.
"Selamat datang mas?" sapa seorang withers yang ramah, terlihat tua sekitar 40 tahun usia nya, yang ternyata adalah pemilik usaha
"Iya buk, sore"
"Ini menu dan password wifi nya" sembari menyodorkan menu cemilan yang disajikan, kulihat sekilas

Dari sisi minuman hanya ada
Es campur
Soft drink
Kopi susu panas
Kopi hitam panas
Es teh maupaun teh panas
Dari sisi makan hanya ada dua macam
Mie instan rebus dan mie instan goreng.
"Pesan nanti boleh bu?"
"Iya boleh, tapi untuk fasilitas wifi bayar sekarang ya mas"
"Iya bu, berapa?"
"Cuma dua ribu rupiah mas sepuasnya"
"Oh iya bu" sembari ku serahkan uangnya, dalam batinku apa tidak salah ibu ini? Murah sekali?
"Makasih mas, selamat menikmati internetan nya, oh ya jangan lupa motor dikunci ganda ya" nasihat ibu itu sembari pergi ke calon konsumen yang lain.
Dengan dua buah server yang menyala dan jumlah pengunjung yang masih sepi, membuat selancarku di dunia maya menjadi begitu lancar sampai sampai ada dua orang cowok duduk satu meja denganku. Begitu aku melihatnya "OMG, thanks ya Allah" teriakku senang tak terpalang dalam hati, ini sebuah anugrah bagaikan kejatuhan durian. Lagi lagi sesosok cowok yang sangat tampan, masih muda, segar mirip Rizal, cowok yang jualan ayam goreng depan jalan. Suranya yang berat namun dalam seolah meluluhkan telingaku, matanya yang coklat dan penuh seolah ada kristal yang memancar dari balik jiwanya. Lagi lagi pikiran itu terbesit, hampir satu menit aku menatapnya hingga dia merasa malu dan menunduk, akupun kembali fokus pada laptopku.
Malam minggu adalah malam yang panjang, seiring semakin banyak pengunjung semakin lemot dan leletlah jaringan wifi nya, mungkin inilah alasan kenapa harga fasilitas yang ditawarkan sangat murah. Loading lama ditambah perut yang kian bicara, akhirnya aku hentikan berselancar dan pulang. Sebelum pulang ku tatap dalam wajah itu dan untunglah aku berhasil mendapat fotonya, mencuri lebih tepatnya hahaha.
Jalanan mulai sepi, tepat di depan rumah
"Mas"
"Dalem" jawabku sembari mencari sumber suara yang memanggilku, ternyata suara itu dari seberang jalan.
"Baru pulang?"
"Iya, kamu juga udah mau pulang?"
"Iya mas, tinggal nunggu mas saja"
"Loh kog nunggu aku?"
"Hehehe iya, ini mas, buat mas" sembari menyodorkan sebuah bungkusan
"Apa ini?"
"Tanda kenalan mas, nama aku Rizal"
"Salam kenal aku wisnu, terimakasih ya" jawabku sembari menerima bungkusan uang telah diserahkan
"Iya sama sama, saya baru jaualan hari ini"
"Oh jadi kamu yang jualan sekarang? Pak Shomat kemana?"
"Bapak yang jualan sebelum aku?"
"Iya"
"Dia pindah mas, katanya ke Pare kota"
"Oh gtu, ayo masuk dulu"
"Ndak usah mas, udah malam, aku pamit ya"
"Oh gtu" jawabku sedikit kecewa, padahal aku masih ingin mengobrol banyak dan mengetahui apapun dirinya siapa tau dia juga JmJ hihihi, sarap!!!
"Aku pamit mas" izinnya sembari menyalakan motor beat berwarn putih itu.
"Iya hati-hati, makasih ya"
Semakin jauh dan menghilang, akupun masuk dan membuka bunguksan, ternyata sebuah hati ayam dan sepotong daging bagian dada. Aku hanya tersenyum, ini kebetulan atau Rizal emang tahu kalau aku sedang membutuhkan hati, hati untuk berlabuh menyandarkan cinta.


Salam

Wisnu

Sabtu, 19 September 2015

Tetap Dalam Jiwa

18-09-15
Jum'at pagi, di kamarku yang nyaman.
Bep beeppp!!! Bep beeepp!! Suara alarm keamanan yang menyala ketika seseorang telah melanggar batas,
"Kenapa batas ini ada disini?"
"Dia yang telah memasangnya?" jawab seorang ibu yang suaranya seperti aku kenali, aku setangah mengantuk memandangnya dan memperhatikan senyumnya, ku gosok mataku agar bisa melihat dengan jelas, namun tak mampu hanya buram yang aku rasakan. Suranya aku kenal dan terasa begitu dekat.
"Apakah batas ini bisa dipindah? Agar aku tidak kesepian?" pintaku
"Bisa, suatu sa'at nanti, sekarang lepaskan alarm itu" tunjuk wanita itu pada sebuah kotak kecil.
"Yang ini?" tanyaku sembari melepaskan kotak kecil berbentuk seperti slop penyambung kabel
"Terimakasih, sekarang ikhlas kan agar aku bisa tidur dengan tenang"
Pemandangan ku semakin kabur semua berubah putih.
Bep beeep, bep beepp!!!
Suara alarm ponselku seolah menariku dari dunia putih menuju dunia nyata.
"Oh ternyata cuma mimpi" gumamku sembari mematikan alarm pada ponsel.
Jam menunjuk pukul 05.00 wib
Kali ini udara terasa sedikit dingin, tak seperti hari hari kemarin yang begitu panas hingga mampu merusak element kipas anginku.
Ku cuci muka dan mencoba mengingat-ingat siapakah yang berbicara dalam mimpiku? Aku coba untuk mengingat dan sentak aku teringat sosok beliau, beliau yang selalu membangunkan diriku untuk sholat subuh semasa hidupnya, dia adalah almarhumah ibu, aku masih belum mengerti apa maksud alarm keikhlasan, namun yang jelas kurang satu minggu lagi adalah 40 harinya ibu telah berpulang.
Mengingat hal itu aku menjadi murung dan sepanjang hari hanya ingin diam, di tempat kerja pun juga tidak bergairah melakukan sesuatu, untunglah hari ini nota tagihan yang harus aku cek tidak terlalu banyak. Bagaimana dengan makan siang? Jangankan makan siang sarapan yang sudah aku bungkus sejak tadi pagi saja tidak aku sentuh. Pikiran itu masih melintas dalam diriku, apa yang ibu maksud dengan alarm yang mengganggu nya tidur? Haripun berlalu dengan sunyi.

18.00 wib
Kampus
Pohon cemara tak berhenti bergoyang, melambai, menari mengikuti irama angin yang seolah menari di atas panggung dansa. Bulan sabit yang melengkung di tengah langit gelap tak berbintang, seolah menambah kesunyian, kesunyian hati yang terlupakan. Mati dan tertinggal. Aku hanya duduk terdiam menikmati waktu yang terbuang, menunggu dosen yang datang
"hay mas Wisnu"
"hay" jawabku cetus tanpa melihat dengan jelas siapa orang yang telah memanggilku
"ya ampun sombongnya"
"eh sorry, aku lagi nggak fokus, pikiranku lagi terbelah"
"pantesan aja, emang ada apa sech?'
"enggak ada apa apa kog" jawabku sembari melempar senyum pada Joana
dia paham bahwa aku sedang mengalami masalah, jujur, dari teman-teman satu kelompok belajarku hanya dia yang sangat peka, mungkin sifat pribadinya itu dia dapat karena terlahir sebagai anak sulung yang harus bisa menjaga adik-adiknya. Pikirannya yag selalu terbuka dan paras wajahnya yang cantik, sempat membuatku luluh dan tersadar bahwa wanita itu begitu indah, sempat berfiki untuk berubah dan mencintainya, namun itu tidaklah mudah setelah sering mendengar curaha hatiya yang sa'at ini telah jatuh cinta pada seorang lelaki yang jauh lebih dewasa dariku. yeach lagi-lagi aku hancur. Namun sekarang justru lebih baik, aku jadi lebih sering bersama sebagai sahabat tanpa beban bahwa aku berbeda "JmJ" (Jeruk Makan Jeruk).
"Tadi jam pertama matkul apa?" tanyaku memecah hening
"analisis akuntansi sektor public"
"loh kog nggak ikut satu kelas denganku, kan Ita dapat matkul analisis investasi dan portofolia kan?"
"iya mas dapat, cuma beda kelas"
"oo pantes kog nggak ada tadi di kelasku"
"eh Ifan nggak masuk kah?"
"nggak tahu juga aku? hari ini juga nggak ada kabar tentang dirinya.
"apa dia sakit?" tanya Joana sembari mengernyitkan dahinya penasaran.
"aku rasa enggak, karena kemarin aku dengan dia sedang ngobrol serius diponsel tentang bisnis barunya. Jadi aku rasa dia tidak masuk hari ini karena untuk pertemuan itu"
"oh mungkin saja, tapi kog mas tahu?"
"hehehe ada dech?"
"haiyo habis stalking yaa?"
"udah ah, dosen udah datang".
Perasaan hati memang tak bisa disembunyikan jujur aku rindu dengan If, meski terkadang tihkan lakunya sering konyol dan membuatku marah. Tapi tetap saja aku luluh oleh senyumnya. senyum manis dari bibir tipisnya.

23.13
Kamarku
Kasur yang empuk dan rapi seolah mengundangku untuk bisa menidurinya, merebahkan seluruh raga,
menjatuhkan seluruh keluh kesahku, meninggalkan sutuk hatiku, melupakan emosiku, dan kembai bermimpi, bermimpi menemui ibuku.
Ibu engkau yang aku rindu, jadikan bahagiaku untuk bisa bersamamu.

Salam

Wisnu

Kamis, 17 September 2015

Go-Jek Cinta

17-09-15
Ruang kerja
Jam istirahat yang sudah menatap layar monitorku, seakan menjadi moment yang terlalu indah untuk disia-siakan, pekerjaanku yang masih menumpuk dengan puluhan nota tagihan, dan beberapa form permintaan barang dari gudang seolah ingin mengalihkan pandanganku, "masa bodoh, lanjut nanti aja" batinku dalam hati.
Batrei ponsel yang masih aku tancapakan pada charger menunjuk level persen 83% dan masih terus bertambah, lagi lagi sikap cuekku mengalahkan aturan bahwa ponsel yang sedang dicharger tidak seharusnya dalan keadaan menyala, tujuannya tidak lain supaya lebih awet, untuk awal awal ketika ponsel ku merk Xiami redmi 2 masih baru yach aturan itu yang selalu berlaku, aku sabar menunggu batrei penuh hingga 3 jam, namun kali ini tidak, aku sudah tidak peduli lagi dengan aturan yang menyatakan penghematan, hemat hanya untuk orang miskin itulah salah satu pencerahan dari membaca tulisan pada sebuah blog, entah itu benar atau justru menyesatkan yang jelas aku sekarang tidak terlalu peduli dengan penghematan, selama aku mampu membeli dan itu barang yang aku butuhkan akan aku beli berapapun harganya. Bukan sombong ya hehehe.
Stalking, kepo, penasaran apalah namanya itu aku iseng baca status If,
Siapa lagi if? If itu cowok straigh yang pernah aku ceritakan pas hari jum'at minggu lalu, cowok yang selalu aku anggap terbaik, tercakep, terkaya dan selalu up to date dalam segala hal termasuk style fashion, tak heran cewek cewek kampus sering patah hati gara-gara penolakan cintanya, huhuhu kasian.
Statusnya cukup menggelitik, dalam postingan dia bilang "ya ampun bulu ketek ku tebel bingiitt, yang mau cium ping me" sentak tanpa pikir panjang aku berikan tanda ping padanya, dalam batin aku seneng tapi juga kecewa, seneng akhirnya akan bisa mendekati dan menghirup aroma khas tubuhnya, namun kecewa bahkan takut bila nantinya dia tahu bahwa aku tidak normal (jeruk makan jeruk) dan akan menjauhi diriku.
Sebelum ada respon segera aku kirim chat "hah ngapusi, dibajak sopo kon?" maksudnya (hah bohong, bbm kamu dibajak siapa? Masih belum ada respon, ku taruh ponselku dengan cemas semoga bukan reapon negatif yang akan terlontar.
Tak lama, rasa penasaran masih ada, penasaran apa yanga akan if lakukan dan respon apa yanga akan di berikan, ku cek lagi ponselku berharap dia akan diam, ternyata benar respon huruf R tanpa balasan yang artinya dia hanya membaca nya lalu dia abagikan, huft syukurlah dia diamengabaikan nya, pikirku menjafi tenang, lalu ku beranjak dari kursi dan beli makan.
16.15 Wib
Suara bbm ku berbunyi dan getar menunjukkan ada chat yang telah masuk, "siapa sech sore sore gini yang chat, ga tau apa lagi sibuk" gerutuku dan ku abaikan kemudian terus berulang, akhirnya aku luluh juga dan ku buka cjat dari If
"Nu"
"Ping!!"
"Ping!!"
"Ping!!"
"Iya If, kenapa?" jawabku
"Nanti kamu kuliah masuk jam berapa? Matkul nya sama nggak kayak aku?"
"Enggak sama, hari ini seharusnya aku masuk jam 8.30, tapu berhubung ada tambahan jadu masuk jam 18.00"
"Tambahan apa?"
"Analisis laporan keuangan"
"Jadi nanti masuk jam 18.00 kan"
"Iya"
"Aku nebeng ya?"
"Hah serius kamu? Tumben?" jawabku setengah kaget
"Iya penghematan pek, bulan ini pengeluaran ku habis nipis"
Sentak aku teringat beberapa hari lalu dia cerita bahwa sedang membuka usaha, usaha minuman kalau tidak salah "es kimcil" namanya aku juga belum terlalu paham itu minuman es apa,yang jelas dari bahan bahan cingcau hijau, coklat cair, susu, gula, dll.
"Ok lah nanti kalau sudah pulang kerj aku jemput, mau jemput dimana?"
"Biasa ya, giras gendut depan stasiun"
"Ok"
Entah ini rasa apa, bahagiakah? Sedihkah? Marahkah? Atau entahlah apalah rasa ini namun begitu kuat, semangat membara, serasa afa energi extra untuk bisa mengalahkan segala macam rintangan berbahaya.
Selesai cek klok absen segera aku ganti baju dan berangkat menjemput If, senyum merekah ku tak bisa henti-hentinya aku lontarkan, bahagia memang karena akhirnya aku bisa boncengan satu motor dengan dirinya, pikiran jahatpun muncul "semoga saja nanti jalan macet jadi bisa lama lama bersamanya, hihihi"
Namun sesampai di giras cak gendut pikiran itu menjadi berubah kecewa, karena dia tak mau memboncengku namun akulah yang menyetir, diriku serasa jatuh karena tak jauh dari tukang ojek, yang cuma dipanggil jika perlu, tapi tak apalah yang penting aku bisa bersama, rasa itu aku buang jauh jauh dan mencoba berfikir positif terlebih lagi dia dulu juga pernah menolongku ketika dalam keadaan susah, hitung-hitung beginilah caraku untuk membalas budinya.
"Ayo naik, sudah kelamaan nich"
"Hehehe iya ya, kamu kenapa sech grogi gitu?"
Aku yang tak bisa menyembunyikan rasa senangku akhirnya grogi dan justru menjadi bahan pertanyaan buat If,
"Nggak apa apa kog?" jawabku
Kemudian dia naik dan terdengar sedang mengangkat telephon, melalui handsfree yang sudah dia pasang dari tadi, terdengar samar seperti dia sedang berbicara dengan seseorang yang selalu memperhatikan, mungkin saja kekasihnya.
"Yang telephon bu presiden?" tanyaku dalam perjalanan setelah dia menutup telephon nya
"Iya" jawabnya singkat dan dingin.
17.55
Kampus cemara, parkiran timur.
"Ini helmnya masukin" pintan If sambil nyodorin helm Ink berwarna ungu
"Lagi lagi helm bu presiden" ketusku
"ya mau gimana lagi, kalau pake helm teropong berat"
"ya udah sini, kamu langsung masuk kelas?"
"nggak jam breapa ini? sholat dulu lah?"
"ya udah ayuk"
Bulir bulir air yang sejuk mengalir segar diseluruh bagian tangan, muka dan kakiku, terasa seperti energi yang menyatu dengan aliran darahku, semangat seperti itulah yang aku rasakan setelah terjebak macet di jalan dan harus membonceng If yang berat. baris kedua dari rangkaian makmum sholat jema'ah magrib aku pilih karena barisan pertama sudah penuh. selesai sholat aku mengucap salam dan menoleh ke kanan kiri, lagi lagi If, dia selalu bisa mengejutkanku tepat disampingku hanya berbatas satu anak sedang khusuk berdo'a entah apa yang dia minta. Seperti biasa wajahnya yang terlihat bercahaya dengan kumis tipis dan guratan guratan pipi khas seorang lelaki macho yang bekerja keras. Seragam biru stasiun yang masih dia kenakan seolah semakin membuatnya terlihat tampan. inginku mendekat dan menciumnya. Oh tidak aku harus bergegas. segera aku beranjak berdiri dan memakai sepatuku, disusul dengan If yang ternyata juga sudah siap untuk ke kelas.
"maba (mahasiswa baru) ceweknya nggak ada yang cantik ya?"
"heeddddeeehhh, kamu ini kalau tanya cewek cantik jangan ke aku, aku tuh nggak ngerti bagaimana cewek cantik itu, kalau kamu tanya siapa cowok cakep pasti akan aku jawab itu kamu, kamu yang akan selalu di hatiku." gumamku dalam batin namun tak bersuara.
"hay ditanya malam diam" kagetnya
"hehehe iya, kalau maba kelas malam jarang ada yang cantik coba cari anak pagi"
"iya juga yaa, angkatan kita aja juga nggak ada yang Mboiz" 
"kelas mu dimana?"
"nggak tahu"
"loh kog? niat kuliah nggak?"
"sek talah santai ae"
"ya udak aku kelas dulu ya" ucapku selagi berpisah dengan nya
"oh ya ok, ok, nanti nebeng lagi ya pulangnya"
"beres"
dan itulah sa'at indah dan menyenangkan meski cuma hanya tak lebih dari 1 setengah jam. namun aku bahagia, bahagia bisa memandang dan menyentuh jari jarinya yang penjang, suatu sa'at jika diizinkan aku ingin menciumnya itulah mimpiku, mimpi hayalan yang tak mungkin terwujud.

Salam

Wisnu

Rabu, 16 September 2015

We are D'Cr

16-09-15
Ruang ganti.
Jam kerja telah usai, seluruh karyawan mulai beranjak pulang. Tak terkecuali denganku, terlebih lagi jadwal kuliahku sudah mulai aktif sehingga tak bisa aku berlama-lama santai di ruang kerja.
Hari ini kisah hariku tak ada yang bisa aku ceritakan, tak ada yang menarik bahkan cenderung datar dan flot tak beralur. Jadi sesuai janji postingan yang lalu, kali ini aku akan sedikit bercerita lebih tepatnya curhat (curahan hati) tentang grub yang aku masuki yaitu "D'CR"

Sekitar 9 bulan lalu, lebih tepatnya 12 Januari 2015, terbentuk grub ini yang di dasari oleh rasa yang sama, sama sama dari perantauan, masih lajang, dalam satu tujuan yaitu bahagia, dan sama sama saling membutuhkan.
Bila dilihat dari awal terbentuknya, usia grub memang masih sangat muda, namun kabersama'an kami dalam segala aktivitas membuat kami menjadi seperti keluarga. Grub ini diperkasai oleh dua teman yang aku kenal Ragil (nama samaran) dan Natha, idea membuat grub awalnya hanya tercetus dari grub di bbm dengan anggota aktif yang sering chatting di bbm akhirnya disepakati bahwa kami akan selalu ada dalam setiap acara pertemuan, seperti class mate dengan tentor dari kesehatan masyarakat mba Dwi, atau hanya sekedar ngumpul saling sharing kehidupan (pekerjaan, pasangan, cinta dan terkadang nakal sedikit bertabur bumbu sexs) tak ada persaingan hanya ada sedikit kecemburuan, yach cemburu, nggak tau kenapa kata cemburu tak bisa saling lepas dari pikiran dan omosi kami, namun justru itu yang selalu membuat kami solid.
Banyak aktifitas yang sudah kami lalui misalny tanggal merayakan ultah (ulang tahun) anggota grub, sing a song bareng, wisata bareng. Tapi ada yang belum satu kegiatan yang pengen sech aku lakuin namun kayaknya nggak akan kami lakukan, karena saling menjaga rasa persaudaraan dan bukan nafsu yang di utamakan, yach sahabat McD pasti sudah tahu yang aku maksud.
Jumlah kami yang tetap sa'at ini hanya 13 orang sebenarnya masih banyak yang ingin bergabung namun bila jumlah anggota terlalu banyak ditakutkan justru akan sering terjadi permusuhan, namun bila sedang nongkrong bareng jumlahnya bisa lebih dari 20 orang, yups just for fun, bukan untuk ajang demonstrasi menentang pemerintah, hehehe.

Layaknya suatu komunitas yang menyatukan beberapa kepala, tentunya banyak pikiran dan idea idea yang kadang nggak terealisasi, dan hasilnya kesalah pahaman yang muncul, misal Faris (bukan nama asli) dan Yudha (bukan nama asli), awalny kehidupan cinta mereka berjalan mulus semulus kaki Dina, kemesraan mereka seolah tak ada yang sanggup menolaknya, gandengan tangan, berpelukan, bahkan pernah ciuman di depan kami, padahal suasana di Tambun lagi ramai, alhasil kami jadi pusat perhatian. Ada yang menatap sinis ada juga yang menatap kagum berkaca kaca. Jujur aku sempat iri dengan kedekatan mereka, namun seiring berjalan waktu, mereka saling mengenal baik buruk nya masing-masing, hubungan mereka retak. Sangat disayangkan memang namun apalah daya hati sudah berbicara, mata terbuka, telinga menyapa menanti suara. Hubungan mereka kandas.
Yudha menjadi kehilangan arah, nahkoda kapalnya hilang, dia menjadi sangat labil dan membuat usil dalam grub, dengan postingan postingan yang jujur ya niatnya baik namun salah tempat jadi aku kadang merasa terganggu. Dan yang paling merasa terganggu siapa lagi kalau bukan Faris, setiap postingan yudha selalu direspon negatif, lagi lagi muka merah datang.
Sejak kejadian itu grub yang diketuai Zio pendiri grub dan Ardy sebagai sekertarisnya memutuskan bahwa tidak boleh ada hubungan cinta atau pacaran lebih tepatnya agar bila terjadi putus tidak berantem di dalam grub. Jika harus memaksa maka salah satu harus keluar dari grub.
Kejam ya aturan nya, hehehe. Itu semua demi kebaikan bersama dan menjaga ke solid an grub, bisa jadi nanti aku juga akan keluar karena ada seseorang yang aku suka.
Oh ya untuk sumber dana biasa digunakan untuk beberapa acara misal ultah atau sing a song, kami tak mempermasalahkan karena iuran kas sebesar 2000 setiap kali meet up di Tambun ketika malming (malam minggu), namun terkadang ada juga pihak sponsor yang membantu, lumayan laahh. Nambah nambah kas keuangan biar makin fun.

Kayaknya cukup dech all abaut D'CR nanti jika ada lagi pasti aku posting, so tetep setia ya sahabat McD.
Salam


Wisnu.

Nb: daftar susunan anggota D'CR
Ragil Ketua
Natha penasihat
Ardy sekertaris
Fandy si bronies
Firman si merasa tampan
Yudha si labilisasi diri
Faris si little monster
Dika si terlihat muda
Dickhacil si sixpack sexsi
Ireul si item tinggi
Aku wisnu si baik hati nan wangi hehehe
Vikrie si mantan yang pernah ada di hati
Dan Ihsan si beku kian cair.

Selasa, 15 September 2015

Ditusuk tusuk Nyamuk nakal

15-09-15, tanggal yang cantik.
Selamat pagi para sahabat, para pembaca setia Mcd bukan merek resto waralaba ya, tapi My Covering Day.
Selamat pagi dunia, selamat pagi mentari, selamat pagi juga cinta.
Bagaimana tidur sahabat semalam? Nyenyak kah? Semoga, karena tidur member semalam sangat sangat tidak nyenyak, bila dikalkulasi skitar 68% aku bisa tidur sisa nya yeaksss terganggu banget gara gara:
1. Kipas anginku mati alhasil suhu ruangan menjadi sedikit pengap
2. Jika kipas mati otomatis jumlah nyamuk meningkat, oh tidak semalam donor darahku meningkat. Hahahaha
3. Nah satu lagi, temen sekamar aku kan tidak bisa tidur karena banyak nyamuk otomatis di sepanjang malam terbangun berburu nyamuk, yang berimbas tepukan tangan sering membangunkan ku. Yach terima sajalah. Namanya juga gratis.
Matahari semakin menunjukan jati dirinya yang besar dan bercahaya, sinarnya yang terpancar dari balik hutan beton seola menjadi alarm otomatis bahwa aku harus segera berangkat kerja, style yang sudah rapi dengan paduan seragam biru berlengan pendek dan celana yang lebih gelap, seolah menbambah percaya diriku, dengan penuh semangat aku berangkat.
Sesampai di kantor segera aku absen pada pukul 7.35 wib. Masih banyak waktu untuk bisa online, menyapa beberapa fans pada chat bbm, karena jam kerjaku akan dimulai pukul 08.00
Tak ada yang menarik dari beberapa status para temanku, semua kolom chat hanya terisi tentang promosi pin bbm dari teman ke teman, lucu memang karena sebagian mencari jodoh dengan status single, bottom cute, cari bf setia, ini nomor sempaknya....
Dalam batin aku berfikir "ini orang apa tidak punya pekerja'an ya? Pagi pagi sudah kirim broadcast tentang pencartian jodoh, apa lagi milih yang setia, mana ada sich di dunia ini yang setia?? Semua sama saja, ibarat kata jika kamu mempunyai mainan terus mainan itu rusak, jika kamu mempunyai uang mana yang akan kamu pilih? Memperbaiki mainan itu atau beli yang baru?" sederhana bukan?
Tentunya kita akan memilih mainan baru yang lebih up to date, yang lebih canggih.
Ya seperti itulah kehidupan. Beda lagi jika para sahabat sudah memutuskan untuk menikah.
Karena broadcast banyak yang tidak penting ku hapus, untungnya ada fitur mark all jadi aku nggak perlu repot memilih dan menghapus satu satu. Aduhh bisa hapis nich waktu buat end chat doank. Melirik sekilas pada salah satu status, "kill me god" tertulis di dalamnya dan benar saja itu adalah status Natha yang terakhir, sepwrtinya dia mengalami masalah yang rumit lagi, hhhmm pasti karena masalah kekasihnya, yups beberapa hari lalu aku cerita kan tentang kekesalanku pada nya? Soal tingkahnya dengan kekasihnya.
"Kenapa Natha?" chating bertanya menanggapi statusnya
"Lagi galau mas, soal kehidupan ini"
"Ada yang nyakitin kamu lagi?"
"Iya mas, aku capek hidup di dunia pelangi kayak gini"
"Iya, aku juga, rasanya seperti yang aku rasakan beberap hari yang lalu, aku begitu muak"
"Rasanya pengen mati aja aku mas"
"Mati sech gampang cuma masalahnya sego (nasi) sambel masih enek" jawabku untuk memberinya semangat dengan bercanda
"Hehehe iya mas, mas lagi apa? Kuliah kah?"
"Nggak aku masih kerja, nanti malam baru kuliahnya"
Kemudian hening dan hanya simbol R menutup chatting kami.
18.15 wib
Kampus menjelang kelas Analisi Laporan Keuangan.
Kecemasa semakin menjadi, aku yang sudah terlambat kelas harus disibukkan dengan mencari ruangan yang ternyata sudah dirubah jadwal, awalnya kelas 109 namun begitu sampai ternyat kosong, bingung mencoba mencari informasi di web resmi kampus server sedang blank, menghubungi chat teman di bbm ternyata pending. Rasanya ingin pingsan terlebih lagi hari ini adalah hari kedua aku masuk kuliah, dengan beban agar tidak dicap mahasisa pemalas aku serasa lemas. Tapi untunglah aku mempunyai kontak nomor ponsel Kikey, salah satu teman grub belajar aku dulu sewaktu masih semester pertama namun lama-lama kami tidak dekat, entah kenapa aku juga bingung,
"Haloo ki, kamu ada kelas hari ini?"
"Loh iya mas, buruan masuk, nama kamu ada di absensi"
"Kelasnya dimana?"
"201.B"
"Dosen sudah datang, sudah ceklok juga, eman (sayang) kalau kamu nanti telat"
"Iya ya aku ke kelas sekarang" seketika aku berlari dan mematikan ponselku, Tuhan masih memberiku uluran waktu yang panjang, "alhamdulillah" puji syukurku sesampai di kelas dan absen kurang 5 menit aku akan telat. Kelas malam diberikan toleransi selama 15 menit dari dosen ceklok absen, sedangkan dosen baru absen sekitar pukul 18.17
Dari tampang dan paras dosen yang sudah setengah baya aku berfikir bahwa dosen ini akan membosankan dan pelit nilai kami para mahasiswa biasa menyebut killer hehehe, tapi pikiran itu salah setelah memperkenalkan diri didapan selurun mahasiswa suasana menjadi cair dan cukup fun juga, itulah sebabnya kita tidak boleh menilai dari tampilan seseorang.
Dua jam setengah terasa berjalan begitu cepat mungkin karena pembawaan dosen yang santai dan fun lah yang mendukung. Pelajaran pun ditutup dengan tanda tangan kesepakatan wakil mahasiswa untuk penggantian hari kamis.
"Loh mas Wisnu ikut jurusan keuangan juga?" sapa Daud dari belakang ketika bubar pelajaran
"Iya, loh kamu juga Ud?" tanyaku sembari menoleh dan berhenti berjalan untuk mengimbanginya pergi ke parkiran
"Iya mas, brarti beda donk sam grub sampean?"
"He'em, grub ku banyak yang ambil sektor pajak dan publik, cuma aku aja yang mokong (berpendirian) dari yang lain"
"Kenapa mas? Dapat pencerahan kah?"
"Hehehehe ya begitulah, eh aku duluan ya mau ke toko sebelah dulu"
"Iya mas hati-hati" percakapan kamu usai dengan perpisahan kami.
Daud, cowok berkacamata ini dulu sempat jadi pusat perhatianku untuk beberapa sa'at meskipun dia tak terlalu tinggi namun karena keturunan Tionghoa yang bermata sipit, dan berkulit eksotis seoalah dia menjadi cowok yang ideal. Kelebihan nya yang suka olah raga baik gym, renang, sepak bola, basket membuat otot otot tubuhnya keras dan sexsi, terlebih lagi bentuk tubuhnya yang mulai nampak sixpack "aarrggghhh" semakin membuatku gila. Tak hanya itu hobby yang bermain musik gitar dan piano ditambah suaranya yang dalam namun centil semakin membuatku luluh, beruntuhlah cewek yang bisa menjadi kekasihnya.
Jalanan,
Sudah hal biasa tidak peduli malam atau pagi, jalanan di kota Surabaya sudah semakin ramai, alhasil aku tercebak macet gara-gara padatnya kendaraan di lampu merah Kertajaya, jalan yang sempit dan satu satu jalur akses dari kawasan menur menuju Delta mall membuat banyak orang yang melintasi jalan ini. Perutpun tak bisa diajak kompromi suara suara sangar sudah meronta meminta tumbal, yups mie goreng cak Sien, jadi pilihanku setelah hampir 2 bulan tak mampir k gerai nya.
Cak Sien biasa berjualan dibelakang tempat kerjaku dengan sebuah gerobak dan satu set meja dari tripleks dan kursi kayu panjang, dia menggelar lapaknya mulai pukul 19.00 sampai 01.00 pagi, dalam perjalan ku menuju gerainya deraian air liur ini tak henti hentinya mengucur dan ku telan. Tak sabar menikmati sepiring mie goreng panas.
Met makan semua.......
Salam

wisnu

Senin, 14 September 2015

Kelas baru Aroma baru

Senin 14-09-15
Di mess, pulang kuliah.
Pernahkan kalian mendengar atau bahkan tahu dengan istilah kalimat "kehidupan bersumber dari perut" pasti kalian setuju dengan kalimat ini. Secara ilmiah kita memang mulai berkembang dari setitik air nira menjadi tubuh yang utuh seperti sekarang bersumber dari perut ibu, namun bukan itu yang akan aku bahas kali ini, tetapi emosi, cinta, damai, dan mungkin nafsu, ternyata secara tidak sadar semua itu berawal dari perut kita.
Seperti hari ini, setelah hampir tiga bulan libur panjang, pelajaran kuliah di awal semester pun dimulai, temu kangen bersama-sama teman, bercanda, dan berseri bersama. Tapi entah kenapa justru aku hanya bisa senyum kecut. Tak seceria temanku satu grub, tegang, sedikit berkeringat, pikiran hanya tertuju pada satu hal, maba (mahasiswa baru). Selesai sholat magrib dimasjid kampus segera mungkin aku ke bagian keuangan kampus, melunasi biaya spp untuk satu semester kedepan, buruk memang karena harus mengejar waktu sebelum kelas dimulai.
Menunggu, lagi lagi harus menunggu untuk antre, tapi kali ini aku tak bosan namun justru bersyukur sudah dibuat antre, berdiri berjejer seperti membeli tiket bioskop, tepat di depanku. Seorang maba berdiri tegap, parasnya yang kasual namun tetap sopan dengan jeans dan sepatu cat nya yang menawan, siapa kah dia. Dan entah apa yang terjadi, apakah insting gaydar ini berfungsi? Tiba tiba dia menoleh dan tersenyum padaku. Oh tidak, senyumnya yang mamies bersimpul tipis, dengan bibir yang merah layaknya buah cerry nan manis, seolah menghanyutkanku untuk bisa menciumnya, lagi lagi perutku bergetar seolah ada jam weker yang berdering. Ku balas senyumnya dan sedikit mengagguk tertunduk menyembunyikan rona pipiku yang merah.
Kelas pertama tidaka ada yang menarik, praktik akuntansi justru membuatku semakin pusing, begitu melihat soal semua ingatanku seolah hilang bak ditelan bumi dan lenyap, "apa yang jarus aku kerjakan?" gumamku lirih karena kesal dan yach hanya 9 soal yanga aku krjakan dari 20 soal, dan itupun aku tidak yakin apakah benar atau salah.
Kelas kedua. Ruang 304
Keadaan masih sepi, jam sudah menunjuk pukul 20.17 ku buka ponselku untuk menghibur diri, mencari celah kekosongan waktu agar tidak bosan, tak berselang lama satu per satu anggota kelas kewirausahaan sudah mulai datang. Perutku kembali bergetar, namun hanya ludah yang sanggup aku telan, bayangan itu, sensasi itu, semakin membuatku tak berkonsentrasi pada mata kuliah kewirausahaan, rasanya sangat dalam, lembut namun berurat, aku semakin tak tahan dan ingin segera pulang. Dan sudah terjadi......
Jam sudah terlalu malam, hanya kecewa yang bisa aku rasakan, perutku semakin berontak tak karuan, lapar itu yang aku rasakan. Kelas baru aroma baru, dan hanya aroma bakso yang menghiasi
Kelas kelas baruku emosi lapar mengganggu.
Salam
Wisnu

Minggu, 13 September 2015

Puisi Dalam Kesunyian

Minggu, 13-09-15
Apakah seorang cowok boleh menangis?
Jika tidak dan salah maka ma'afkan lah, karena aku juga manusia, bukan sebuah robot yang hanya diprogram menjadi satu tujuan, aku juga punya perasaan yang sama seperti kalian. Namun bila seorang cowok boleh menangis, maka biarkan aku menangis dan meluapkan seluruh kesedihan, kehilangan, kehancuran, dan keterpurukan.
Hari ini hari yang sugguh membuatku menjadi manusia tak punya daya, tak punya kuasa, tak berharga, tak bisa untuk mendapat cinta. Bisa engkau bayangkan aku hanya sendiri di ruangan gelap dan pengap, tak ada cahaya, suara, bahkan bayangan yang selalu mengekor kemanapun kita berjalan tak ada disamping kita.
Bermula dari pembatalan seluruh pesenan yang sudah ditanda tangani membuatku sedikit ragu akan berlajutnya hari ini dengan penutupan sebuah kebahagiaan, aku menjadi kehilangan seluruh pendapatan, padahal biaya hidupku masih butuh 3 minggu lagi. Tapi apalah itu semua ku maklumi karena aku yakin rejeki, umur, jodoh sudah menjadi urusan Tuhan aku pasrah. Jam masih pukul 09.00 pagi, selesai mandi dan sarapan sepotong mangga dari pak Rizal, salah satu penjaga malam yang juga tidur satu blog mess tempatku menginap.
Segera aku ambil ponsel untuk menghubungi salah satu supplier barang pesanan ku, tak mungkin aku batalkan karena uang sudah aku transfer.
"Iya mas aku masih di rumah" jawabnya singkat
"Aku ke rumah sekarang"
"Ok"
Dengan si merah yang selalu menemaniku aku berangkat ke rumah sekaligus gudang tempat dia menjual dagangan barang barang asesoris ponsel. Cukup jauh namun tak seberapa karena jalan cukup lenggang sehingga dalan satu jam aku sudah sampai
"Sepada"
"Iya sebentar" jawab seorang cewek ya kira kira umurnya masih 21 tahun. Yang aku kira adalah anak pemilik usaha ini. Ternyata dia sendiri lah yang mempunyai usaha. Kaget juga masih muda sudah sukses, ternyata punya usut dia sudah melakukan usaha jual asesoris ponsel sejak masih duduk dibangku SMP. Hhhmmm kagum aku
"Mba saya mau ambil barang"
"Iya mas wisnu ya?"
"Iya"
"Sebentar ya mas, saya ambilkan di dalam, mari masuk duduk dulu"
"Iya terimakasih"
Teras yang cukup luas membuat angin bebas masuk dalam sela sela tirai bambu, kursi klasik dari bambu dan hiasan dinding berlukiskan pengunungan dan aliran sungai yang di desaign sedemikian rupa seolah aku berada di alam pedesa'an. Gemricik suara air dari pancuran kolah juga semakin membuatku terasa nyaman, menjadi rindu dengan rumah di desa Kediri, rumah ayahku dan juga almarhumah ibu.
"Ini mas barangnya"
"Terimakasih ya mba, oh ya sampaikan juga sama ibu Dewi"
"Nggak usah panggil ibu mas, saya kan masih muda"
"Loh kog??"
"Iya saya yang punya usaha ini"
"Ooo hehehe" senyumku kecut dan sedikit malu kudian pergi meninggalkan rumah sekaligus gudang itu.
Tak berfikir untuk balik ke mess, karena jam sudah menunjuk pukul 10.30, terika matari yang menyengat tidak mampu menembus jaket parasutku hanya saja terasa sedikit basah, mungkin keringat yang sudah mencucur dalam jaketku.
"Jadi dimana? Sudah sampai mana?"
"Ping, ping, ping" isi chat bbm ku pada Ina salah satu anggota yang akan melakukan pemotretan dengan ku siang ini.
Tak ada jawaban, sehingga kupuskan untuk berhenti sejenak dibawah pohon besar yang tertanam dihalaman sebuah bank, sentak aku cek isi dompetku untuk memastikan jumlah uang apakah masih cukup untuk satu minggu kedepan. Betapa terkejutnya aku ternyata dompet kosong, tanpa berfikir panjang aku segera ke ATM dan Ya Tuhaannn, apakah yang terjadi padaku, sebodoh itukah diriku? Saldo akhir setelah aku tarik tunai tinggal Rp10.758,26 ku masukan dua lembar 50 ribuan ke dalam dompet lalu mengelus dada, sabar sabar sabar.
"Mas jadi, sekarag otw (on the way) ke studio, mas dimana?" isi pesan dari Ina
"Ok, studio mana?"
"Di jalan Slamet"
"Ok"
Menunggu cukup lama, skitar 1 jam, akhirnya dia datang, bukan Ina, melainkan dia, dia yang bekerja di stasiun, iya hari ini dia juga ikut pemotretan, wajahnya tampak berseri, cakep seperti biasa, namun kali ini raut wajah yang sedikit lelah sempat tersirat dalam gerutan wajahnya. Hihihi
Setelah cek ini studio dan bertanya soal harga, kami batal untuk sesi pemotretan di studio itu karena harus mengantre lebih lama, aku tak setuju dan akhirnya kita pindah ke lokasi lain yang terletak di jalan Darmo, bukan studio resmi melainkan teman kenalan yang siap membantu dengan biaya gretong alias gratis. Huahahaha
Tak bisa berlama lama jepretan demi jepretan telah usai, tepat pukul 13.00 aku pamit untuk menghadiri undangan sing a song di sebuah tempat karaoke di jalan Kedungdoro, sedikit terlampat namun masih ditolelir karena ternyata yang lain juga belum pada datang. Suasana ruko yang telah disulap menjadi karaoke seolah tempat ini menjadi ajang untuk pelepas stress, yacj semoga aku bisa melepas lelah.
13.30
       To be continue........
Salam
Wisnu

Sabtu, 12 September 2015

Cairkan Aku

Sorry ya guys lagi lagi postingan curcol semalam baru bisa aku upload pagi ini, biasa artis mah pulang malam terus :-D
12-09-15
20.11 wib
Malam kota Surabaya yang cerah, dengan ramalan suhu mencapai sekitar 32 derajat celcius.
Badanku yang sejak sore sudah merasa tidak enak rasanya malas untuk keluar kamar. Berbaring tengkurap memainkan jari pada ponsel menjadi hal yang lebih membuatku hidup dibanding siaran tv yang hanya itu-itu saja, monoton penuh dengan ilusi politik yang justru semakin membuat ku jijik.
"Bang Wis nanti datang ya?" itulah kalimat yang sempat terlintas dari ingatanku, kalimat ajakan ketua geng D'CR pada beberapa pertemuan yang lalu. Yups hari ini ada salah satu anggota geng yang akan merayakan ulang tahun nya yang ke 22, tepat tengah malam nanti pukul 00.00 pada tanggal 13-09-15.
Ku lihat jam sudah pukul 21.30, aku pun beranjak pergi meninggalkan kasurku yang empuk dan berjalan menuju kamar mandi, membasuh muka, tangan, dan kaki. Biar sedikit segar dan tidak terlihat kucel di tengah acara nanti, mandi?? Tidak, aku sudah mandi sejak sore dan malas jika harus mandi lagi karena tahu sendiri lah, kualitas air di Surabaya tak sebagus kualitas air di pedesaan, jadi bila aku mandi lagi bukan kesegaran yang akan aku dapat melaikan akan bertambah berkeringat.
Jogger pant, flat shose, kaos abu abu berlengan 3/4, shall bermotif belang antara putih dan unggu menjadi pilihanku untuk datang ke acara ngumpul-ngumpul yang selalu dilakukan pada hari malam minggu, terlebih lagi hari ini akan ada yang ulang tahun jadi semua anggota diwajibkan untuk datang tanpa terkecuali dan sejuta alasan, aku sa'at ini yang sudah jomblo terkadang menjadi sedikit canggung bila harus bertatap muka dengan para mantan mantan dalam grub. Yups sebagian besar anggota grub adalah para kekasih dan mantannya, hahaha bahkan aku sempat berfikir grub ini sebenarnya buat apa sech? Kog anggotanya para barisan mantan.
Cukup lama aku memutuskan jadi berangkat atau tidak, padahal style dandananku sudah oke dan siap berangkat. Akhirnya tetap ku berangkat menuju baschamp yaitu salah satu taman di kota surabaya yang cukup terkenal ramai pada malam minggu, Taman Bungkul. Entah kenapa justru tempat ini yang dipilih, padahal sangat ramai dan penuh sesak dengan berbagai macam orang, namun tempat inilah yang membuat kami tak sedikit pun malu. Mungkin karena sudah menjadi hal yang biasa dan wajar bila orang cuek dan hanya mampu berkomentar lewat media sosial, dan itu yang membuat kami menjadi merasa tidak dipedulikan, padahal dulu sebelum tahun 2010 kami sangat dikucilkan.
Sampai ku di lokasi, bersama si merah yang ku parkirkan tak jauh dari lokasi tengah taman, meski dengan tarif agak mahal tujuanku agar mudah aku jangkau bila ingin pilang nanti tanpa harus bersusah payah mengeluarkan motorku. Suasana lokasi sangat ramai bahkan bisa aku bilang lebih ramai dari pasar tradisional yang sedang menggelar diskon hingga 80% maklum saja Taman Bungkul atau sering kami sebut "Tambun" adalah satu satu taman lapangan hijau yang luas di Surabaya, lokasinya yang terletak di tengah kota, tepat di pinggir jalan Darmo yang gampang diakses dari segala penjuru kota surabaya, semakin membuat taman ini tidak pernah sepi.
Menunggu, salah satu hal yang paling aku benci setelah janji yang tidak pasti. Yaa walau terkadang aku suka ingkar juga sech. Tapi apalah mau dikata itulah Indonesia dengan segala macam keunikan nya bahkan jam karet yang sudah menjadi jadwal dan budaya dalam aliran darah manusia Indonesia, semakin membuat berbeda dari negara lain diluar negeri. Satu persatu anggota datang hingga tepat 11.26 wib semua anggota telah datang, entah kenapa kehadiran dia sang pujangga kali ini tampak membuatku semakin muak, bukan karena dia datang bersama pacar barunya, bukan karena dandanan dia yang sama sekali tidak macth, bukan juga dengan keterlambatan nya yang terlalu menyita waktuku. Dia tampak sunggug memuakkan seketika itu pula aku menjadi marah, namun kenapa juga aku marah, dia bukan kekasihku, dia bukan mantanku, dia bukan sodaraku, tetapi wajar aku marah karena dia yang sa'at ini mampu mengalihkan pandanganku, mampu membuatku untuk merasakan getaran di dada, dia yang mampu membuatku bertekuk lutut dan juga yang mampu membuatku untuk berkata "aku cinta".
Matanya datang dengan sinar yang telah pudar, pucat, bahkan lebih buruk ketika dia masih menjomblo kemarin. Aku kasihan padanya, inginku untuk memeluknya mengajaknya keluar dari belenggu kehausan jiwa, namun semua itu hilang, rasa itu berubah dingin, sedingin es di kutup utara. Bekas bekas luka dilehernya lah yang membuatku menjadi dingin. Dia telah melakukan. Dia telah kehilangan. Bersama pacar barunya.
Aku tak bisa berkata lagi, aku hanya diam, kemeriahan pesta malam itu tak mampu mencairkan diriku yang telah membeku, bara api lilin yang telah macairpun tak mampu mencairkan hatiku.
Aku ingin segera acara ini berakhir agar akau bisa mencairkan diriku dengan lagu lagu dalam ponselku, "Natha inikah balasanku yang dulu tak pernah menganggapmu ada?"
Salam
Wisnu

Jumat, 11 September 2015

Rainbow Heart

Jum'at 11-09-15
Suara azan untuk sholat jum'at semakin berseru berkumandang, memanggil para adam muslim untuk segera menunaikan sholat jum'at.
Siang yang panas di terasa menyengat diujung ubun ubun kepalaku, yach inilah bulan september, bulan paling kering diantara bulan bulan yang lain, berbeda dengan tahun lalu yang hampir tidak ada panas. Namun kali ini justru sinar panaslah yang berlimpah ibarat orang awam bilang neraka sudah bocor, hihihi.
Meski begitu panas aku segera bersiap siap beranjak dari kursi empukku yang nyaman, yups dimana lagi kalau bukan ruang kerjaku
Ruangan yang tidak besar tapi cukup untuk menampung 10 set meja kerja dan segala macam pernak perniknya.
Ruangan yang selalu dingin dengan nuansa klasik berdinding corak cream kian membuat orang serasa rilex, terlebih lagi motif lantai keramik yang baru bercorak batu batuan koral seakan barada dalam rumah sendiri. Hanya saja suara bising dari telp yang berdering, mesin fax yang selalu mendecit, dan musik dangdut koplo dari temen kerja membuatku tak berasa dirumah tapi serasa di tengah pasar.
"Ayo bragkat sholat" pesan masuk yang aku baca dari media BBM. Sentak aku lepas sepatu kerjaku lalu mencari sandal jepit dan bergegas ke masjid. Lokasi masjid yang tak jauh dari kantor bisa dibilang sekitar 100 meter akhirnyabuatku bertekan untuk jalan kaki, meskipun sempat berfikir naik motor karena sengatan panas mentari yang terik menjilat di kulit lenganku. Tapi buat apa? Boros bensin.
Dengan langkah yang sedikit terburu mencari celah dibawah pohon pohon yag berdiri di sepanjang jalan aku berangkat. Untunglah masih ada juga manusia yang peduli untuk menamam pohon, ya meskipun cuma lembaga pemerintah saja. Hehehe. Dingin air yg mengalir membasahi wajahku yang kian memerah karena panas, air wudhu yang sejuk bak anugerah terindah yang pernah diciptakan oleh Tuhan, seperti dirinya. Selesai wudhu tengok ku mencari tempat yang kosong dilantai satu tapi apa daya karena aku sedikit terlambat membuat ruangan sudah penuh, ya pastilah penuh karena lantai satu adalah tempat yang lebih sejuk dibanding lantai dua. Mau tidak mau harus ke lantai dua.
Sholat sunnah masjid dua rokaat mengawali amalan-amalan ibadah siang itu, salam yang terdengar lirih tepat disampingku membuat hatiku semakin berdesir. Lembut namun dalam suara khas lelaki dewasa. "Walaikumsalam"/jawabku lirih dan menoleh ke arahnya. Ternyata benar itu adalah dia. Tak berani berkata maupun berbicara, suara khotib membacakan kutbah adalah masa dimana sumber ilmu dan amalan paling besar ketika kita melakukan rangkain sholat jum'at. Dan untuk ikut aku bertunduk berusaha konsentrasi untuk mendengarkan.
Hati yang semakin berdetak kencang akhirnya tak bisa kutahan, lirikan lirikan kecilku memperhatikan nya, dia tampak berbeda wajahnya yang kian matang serasa lebih dewasa dariku, padahal dia lebih muda 2 tahun. Ssstttsss istilahnya brondong hihihi.
Wajahnya terlihat lebih gelap, lebih eksotis dan hhhhmmm membuatku semakin hot kepanasan ditambah lagi lantai dua yang sudah panas karena cuaca diluar serasa kipas angin berdiameter 1.5 meter tidak mempan.
Suara iqomat pun membubarkan lamunanku dan beranjak sholat jum'at. Salam akhir dan do'a telah aku panjatkan
Doa keselamatan untukku, untuk ayahku, dan kedua kakaku, doa permohonan ampunan untukku, ayahku, almarhumah ibuku, dan kedua kakaku, serta doa memohon rejeki yang halal, dan kesehatan, umur yang panjang tak hentinya selalu ku ucapkan, Aamiin.
Aku beranjak dan mencari sosok dia namun sudah pergi dari sampingku, mungkin dia sudah duluan karena harus kembali bekerja. Tapi serasa mendapat pelangi di siang bolong dia ternyata menungguku di depan masjid, dengan membawa sebotol teh dingin. Dia memanggilku
"Hay yok"
"Hay, kamu belum masuk?" tanyaku sembari mendekat padanya
"Belum, nich buat dinginin otak lo" sembari menyodorkan sebotol teh yang dingin
"Thanks"
"Kuliah, kapan lagi masuk?"
"Baru senin depan kan?"
"Kamu jadi ambil jurusan apa?"
"Keuangan, kalau kamu?"
"Aku pajak, brarti nggak sekelas lagi donk"
"Iya"
"Oalah, yo wes aku masuk dulu ya" pamitnya sembari masuk ke dalam stastiun. Iya dia kerja di salah satu perusahaan perkereta apian di negaraku, sebagai ticketing.
"Iya met kerja" jawabku dan pergi meninggalkan nya dan lagi lagi pandangan ini seolah tak ingin lepas darinya aku masih mengamati hingga dia menghilang dibalik pintu. Espresi datar namun itulah yang aku sebut rindu.

Kamis, 10 September 2015

Gado Gado Rasa

Huft gara gara meet up semalam sampai jam 00.30 tengah malam jadi nggak sempat buat curcol, hehehe
Mumpung masih ingat dalam selakangan otak yuks skrol ke bawah lebih lanjut.

Kamis manis, 10-9-15
Perasaan ini bisa dibilang seperti makan gado-gado pake lontong dimana ada krenyes-krenyes seneng, pedas-pedas sebel, asem-asem kaget, kenyal-kenyal penasaran, pahit-pahit kesedihan.
Seneng bisa dibilang begitu karena akhirnya bisnis yang udah aku jalani selama 2 minggu udah mulai nampak konsumennya, ya walau masih sebatas teman chatting di bbm tapi disyukiri aja karena ini adalah awal dari hobby baruku karena hobby lama yaitu fotografi masih belum direstui oleh Sang Pencipta. "Yach intinya dijalani ajalah" kata temen q si Dika, slah satu anggota D'CR grub yang aku ikuti untuk saling berbagi tentang persoalan yang saling dihadapi, grub ini terdiri dari 13 orang yang semua anggota dari perantauan atau pendatang. Kapan kapan akan aku ceritakan lebih detail soal D'CR.
Aku yang suka makan pedas, entah kenapa justru kiasan yang tepat untuk menggambarkan isi hatiku yang sebel hari ini adalah pedas. Aku sebel bgt hari ini katika banyak yang mengancam beberapa konsumen akan membatalkan pesanan, so pasti aku jadi was was kan, secara aku sudah keluar uang buat modal dan pesan ke distributor tapi tidak ada hasil, rasanya tuch ini kepala pengen meledak dan aku injak injak tuch orang, pengen aku remas tuch bibir yang nggak bisa diatur biar diem sekalian, tapi untunglah dengan sedikit jurus marketing yang udah aku pelajari di kampus dan mematahkan istilah "Pembeli adalah raja" akhirnya dia bersedia menunggu hingga besok 11/9/15 atau hari jumat tepatnya.
Kaget, pernahkan kamu pas laper berat, terus berhenti pada salah satu warung pinggir jalan tanpa peduli keadaan aekitar warung apa itu kotor atau bersih? Yang penting bisa makan??? Tapi setelah makan ditengah tengah makan muncul cicak yang jatuh dari plafon warung? Apa yang akan kamu lakukan? Yach sepwrti itulah rasanya katika aku kaget sepulang kerja sampai di rumah, bukan karena makan terus kejatuhan cicak tapi kipaa anginku meledak whatt tidaaakkk, :-D
Awalnya sudah terasa ada yang aneh ketika akau nyalakan kipas anginku tidak biasanya dia lemot respon, jadi aku pencet pencet beberapa tombol agar segera menyala sampai udah mentok akhirnya nyala, tentu bangga donk aku udah bisa ngatasi masalah tanpa harus ke tukang service kipas angin, tapi begitu udah mulao dingin nich badan tiba-tiba "buukk" seketika aku beranjak dari kasur mematikan listrik agar kipas ku mati begitu tercium bau hamgus dan ada asap yang muncul, karena panik dan bodohnya aku yach aku siram pake air, hahahaha ooo tidak apa yang penting selamat, dan nggak tahu lagi besok sore pake kipas apa.
Kenyal tapi lembut, itulah penasaran. Hal yang bisa membuatku menjadi budak dan mau melakukan apa saja asal rasa penasaran ku terbayar lunas, akhirnya iya dari awal aku masuk grub D'CR jujur aku belum pernah tahu apa arti dari inisial D'CR, karena admin pendiri yang kolot dan selalu mengalihkan perhatian ketika aku ajak membahas nama grub, ternyata D'CR adalah kepanjangan dari.........
Hehehe lain kali aja aku ceritakan sekarang mulai siang aku harus mandi dan siap siap kerja
Bye bye

Salam
Wisnu

Rabu, 09 September 2015

Getaran Poros Roda

Rabu berkah.
23.31
Akhirnya aku tiba juga di rumah, setelah seharian berkeliling dengan motor butut pemberian Ayah, motor yang selalu menemaniku sejak duduk di bangku kelas 2 SMA, meskipun barang bekas tapi berkat keuletan Ayah motor itu masih layak kami gunakan bahkan sampai keluar kota.
Puji Tuhan Alhamdulillah,
Selepas ku parkir motor dalam garasi, ku beranjak masuk ke rumah. Ayah yang sudah tertidur di ruang tengah kini hanya disaksikan oleh tv, bilangnya Ayah akan menungguku sambil menonton tv hingga aku pulang, padahal sudah aku peringatkan bahwa aku akan pulang larut malam. Dan alhasil kini siapa yang ditonton, bukan Ayah yamg menonton tv melainkan tv yang menonton Ayah "hihihi"
Tanpa niat untuk membangunkan tidur ayah kumatikan tv dan beranjak ke kamar.
Kurebahkan diri ini dan menatap langit langit kamarku, putih kusam yang mulai memudar bahkan ada beberapa plafon yang mulai berlubang, "ahh semoga aku bisa memperbaiki rumah ini" dalam batinku
"Bbiibbb biibbb biiibb" nada bbm ku terdengar
Ternyata chiko dia mengucapkan terimakasih karena telah mengirimkan barang pesenan dia beberapa hari uang lalu.
Yups aku mulai usaha kecil kecilan, usaha online yang belajar dari beberapa teman ku di kampus, hal ini harus aku lakukan untuk menutupi hutangku akibat tertipu oleh orang beberapa hari yang lalu. "Alhamdulillah" jawabku singkat pada chiko.
Jujur aku masih kesal karena beberapa hari lalu aku telah ditipu mentah mentah, sungguh keji orang itu, ibarat kata aku membeli seekor kambing, setelah aku usaha membesarkan kambing dan siap untuk dipanen (dijual) terjadi insiden bahwa kambingnya mati, lalu apa yamg harus aku lakukan? Kambing itu harus aku ikhlas. Itulah perasaan yang sama, sedih, kesal, dan capek.
Usahaku menabung untuk membeli kamera yang aku inginkan serasa jadi petugas SPBU stasiun pengisiam bahan bakar, dimana semua harus kembali dari nol.
Ya mulai pelan pelan nabung lagi, oh ya jika mau beli produkku liat aja contohnya di foto, nama produk adalah rinchase berbentuk karakter yang lucu.
Sebenarny masih pengen untuk menulis tapi ini mata sudah tidak mampu,

Good night
All poeple
Salam

Wisnu